Pergerakan rupiah pagi ini jadi cerminan sikap pasar yang cenderung berhati-hati. Sejumlah faktor global menjadi sumber tekanan utama.
Volatilitas mata uang Asia cenderung meningkat akibat tensi geopolitik, perlambatan ekonomi, serta proyeksi pemangkasan suku bunga bank sentral Amerika Serikat (The Fed) yang masih menjadi perdebatan.
Investor agaknya enggan mengambil posisi berisiko sebelum ada kejelasan terkait arah kebijakan moneter AS.
Pasar juga mencermati kondisi domestik yang ikut berkontribusi terhadap pelemahan rupiah hari ini. Meski inflasi Indonesia terjaga di level 2,72%, tarik-menarik antara kebijakan fiskal dan moneter masih membayangi stabilitas nilai tukar.
Kebijakan ekspansif fiskal, kebutuhan pembiayaan yang meningkat, serta likuiditas perbankan yang longgar berpotensi memberi tekanan tambahan pada rupiah dalam jangka pendek. Ketidakpastian ini membuat pasar menahan diri sembari melihat bagaimana Bank Indonesia (BI) akan menyikapi perkembangan tersebut.
Sepertinya, pelaku pasar menantikan sinyal yang lebih tegas dari Bank Indonesia, baik terkait langkah stabilisasi maupun indikasi arah kebijakan suku bunga. Terlebih, pasar juga bertanya terkait pembatalan lelang SRBI pada pekan ini.
Melihat lesunya mata uang Asia dan pergerakan rupiah dalam pembukaan hari ini, bisa dikatakan rupiah berpotensi tetap bergerak dalam rentang sempit dengan kecenderungan melemah tipis.
(dsp/aji)






























