“Data ini sangat penting untuk memahami sebaran genangan terkini dan mendukung penentuan prioritas penanganan di lapangan,” tutur Joko.
Di sisi lain, kata dia, pihaknya memprioritaskan aspek pemenuhan kebutuhan air bersih dan air minum di wilayah terdampak. Kini, unit air siap minum (Arsinum) milik BRIN tengah dilakukan pengecekan kondisi unitnya yang selama ini difungsikan untuk tanggap darurat.
Joko mengatakan kebutuhan air menjadi krusial, mengingat banyak infrastruktur lokal yang terdampak dan suplai air kemasan dinilai tak mencukupi kebutuhan masyarakat. Untuk mempercepat distribusi peralatan, Task Force BRIN juga sedang menjajaki dukungan pengiriman lewat jalur udara yang bekerja sama dengan Tentara Nasional Indonesia Angkatan Udara (TNI AU), mengingat beberapa jalur darat ke lokasi terdampak mengalami gangguan.
Selanjutnya, pihaknya menyiapkan tim survei lapangan dan operasi pesawat nirawak (drone) untuk memetakan kondisi wilayah secara langsung termasuk area-area yang belum bisa diakses oleh jalur darat. Di sektor kesehatan, BRIN pun sudah menyiapkan tenaga kesehatan, psikolog, serta ahli kesehatan lingkungan untuk mendukung respons tanggap darurat.
“Bencana banjir tidak hanya menyebabkan kerusakan fisik, tetapi juga berdampak pada kesehatan dan psikologis warga. Tim kami siap membantu pemerintah daerah dalam memberikan dukungan medis dan psikososial.”
Seluruh langkah gugus tugas akan difokuskan pada intervensi yang realistis, cepat, dan berbasis data. Dengan wilayah terdampak yang amat luas, BRIN akan menentukan lokasi prioritas untuk memastikan bantuan tepat sasaran dan dapat memberikan dampak langsung bagi warga.
“Kami tidak mungkin turun di semua titik, tetapi kami bisa fokus pada area strategis dan memberikan solusi teknologi yang paling dibutuhkan...task force BRIN akan bekerja bersama seluruh pemangku kepentingan untuk memastikan bantuan berbasis riset hadir bagi masyarakat yang membutuhkan,” imbuh dia.
Pemulihan Jaringan Telekomunikasi
Menteri Komdigi Meutya Hafid pada kesempatan berbeda menerangkan telah menerima informasi terbaru dari para operator seluler dan mengeklaim lebih dari 90 persen menara pemancar kembali beroperasi.
Lebih detail, provinsi Aceh ada sekitar 60% menara masih tidak beroperasi akibat kendala listrik. Provinsi Sumatra Utara sekitar 90% sudah pulih, dan Sumatra Barat telah pulih 95%. "Pemerintah bersama operator dan PLN terus bekerja agar layanan segera normal kembali," sebut Meutya.
Total menara yang mengalami gangguan di tiga provinsi berjumlah 2.804 menara, terdiri dari 1.969 menara di Aceh, 681 di Sumatra Utara, dan 154 di Sumatra Barat, kata Meutya berdasarkan data per Senin pukul 00.00 WIB, 1 Desember 2025.
Salah satu fokus pemerintah, ditegaskan Meutya, berupa percepatan pemulihan jaringan seluler, agar warga dapat kembali berkomunikasi dan mengakses informasi penting.
(wep)
































