Logo Bloomberg Technoz

Wacana Impor Pertalite dari AS Berisiko, Keamanan Stok Bisa Rawan

Azura Yumna Ramadani Purnama
02 December 2025 11:40

BBM bersubsidi di SPBU Pertamina./Bloomberg-Dimas Ardian
BBM bersubsidi di SPBU Pertamina./Bloomberg-Dimas Ardian

Bloomberg Technoz, Jakarta – Praktisi senior industri migas Hadi Ismoyo mewanti-wanti pemerintah bahwa impor komoditas migas, terutama bahan bakar minyak (BBM) RON 90, dari Amerika Serikat (AS) memiliki risiko yang lebih tinggi daripada impor reguler yang dilakukan dari Singapura.

Hadi memandang PT Pertamina (Persero) memiliki waktu yang sangat terbatas untuk melakukan pengadaan BBM dari AS demi mempertebal stok bensin pada momen Natal 2025 dan Tahun Baru 2026 (Nataru).

Dengan begitu, terdapat potensi terjadinya keterlambatan pemenuhan stok bensin bersubsidi. yakni Pertalite, jika Pertamina memutuskan memulai impor dari AS pada akhir tahun ini.


“Seperti pada tahun-tahun sebelumnya, pemerintah melalui Pertamina harus menyediakan BBM dalam jumlah cukup untuk Nataru. Selama ini so far tidak pernah ada masalah yang cukup kritis secara nasional karena titik impornya dari Singapura yang relatif lebih dekat,” kata Hadi ketika dihubungi, Selasa (2/12/2025).

Dia membandingkan bahwa impor BBM dari Singapura bahkan bisa tiba di Tanah Air hanya dalam jangka waktu dua hari, sebab proses administrasi seperti pengurusan bea dan cukai serta izin impor cukup mudah dilakukan.