Sedang target support terdekat adalah Rp 16.700/US$. Jika tertembus, maka target berikutnya ada di 16.750–16.800/US$.
AS Bersiap Shutdown Pemerintahan
Menjelang beberapa jam pemerintahan Washington mengalami penutupan (shutdown), Presiden Donald Trump mengatakan "banyak hal baik" bisa muncul dari penutupan sementara pemerintahan.
Trump turut mengancam akan memecat personel federal dan menghapus program-program yang disukai Partai Demokrat jika Kongres tidak memenuhi batas waktu pendanaan tengah malam setempat.
Diperberat lagi oleh rancangan undang–undang untuk menghindari shutdown gagal disetujui.
Rupiah berpotensi kembali menghijau imbas dolar AS sedang tertekan, kemarin, Dollar Index (yang mencerminkan posisi greenback di hadapan enam mata uang utama dunia) melemah 0,13% ke 97,775 pada penutupan perdagangan sebelumnya.
Indeks ini genap turun tiga hari berturut–turut. Selama dua hari tersebut, Dollar Index berkurang 0,69%.
Pagi ini, indeks tersebut juga masih ‘galau’ hanya mampu menguat tipis 0,06% ke 97,833 pada pukul 07:40 WIB.
Perhatian investor sepenuhnya tertuju pada ancaman shutdown AS, yang berpotensi menunda laporan ekonomi penting yang digunakan untuk mengukur arah kebijakan suku bunga Federal Reserve (The Fed).
Kendatipun kebanyakan deadlock (kebuntuan) dengan kesepakatan di menit–menit final, episode sebelumnya telah menyebabkan gangguan cukup besar pada birokrasi federal. Sehingga, memaksa pasar mempertimbangkan potensi dampaknya terhadap pasar AS.
“Situasi bisa menjadi buruk jika shutdown menciptakan kekosongan informasi tentang data tenaga kerja dan inflasi menjelang keputusan suku bunga The Fed berikutnya,” kata Michael Bailey dari FBB Capital Partners, seperti yang diberitakan Bloomberg News.
Dinamika selanjutnya kemungkinan akan banyak dipengaruhi oleh kinerja dolar secara global, dengan faktor eksternal seperti risiko penutupan pemerintahan AS, data ketenagakerjaan, serta pemilu Jepang menjadi penentu arah pasangan mata uang Asia dalam tren jangka pendek, tulis analis Maybank termasuk Alan Lau dalam catatan, mengutip Bloomberg.
“Faktor–faktor ini dapat berdampak cukup besar pada arah dan manuver dolar, dan kami memperkirakan volatilitas akan meningkat mengingat ketidakpastian yang ada,” lanjut riset tersebut.
(fad)




























