Hari ini, indeks tersebut masih terpeleset di zona merah. Pada pukul 16:20 WIB, Dollar Index turun 0,16%.
Gejolak sedang terjadi di Negeri Paman Sam, ancaman shutdown government AS mencuat setelah Wakil Presiden JD Vance meyakini hal itu mungkin saja bakal terjadi.
Seperti yang diberitakan Bloomberg News, Presiden Donald Trump telah bertemu dengan pemimpin tertinggi Kongres sebagai upaya pamungkas untuk mencegah shutdown sebelum batas 1 OKtober. Namun, pertemuan tersebut usai tanpa menyelesaikan tuntutan dari Partai Demokrat.
Investor cemas karena shutdown berpotensi menghambat rilis data penting yang dibutuhkan untuk menilai kondisi Ekonomi AS. Data tersebut termasuk laporan non–farm payrolls (NFP) pada Jumat, yang akan memberikan detail tentang kondisi pasar tenaga kerja dan membantu The Fed memutuskan berapa kali lagi akan memangkas suku bunga tahun ini.
“Pelemahan indeks dolar AS dipicu oleh kenaikan probabilitas shutdown (penutupan pemerintahan untuk sementara) setelah pertemuan di Gedung Putih antara Presiden Donald Trump dengan para pemimpin Senat dan DPR AS dari Partai Republik maupun Partai Demokrat buntu,” mengutip riset Mega Capital Sekuritas, Selasa.
Opsi anggaran sementara hingga November juga gagal disepakati. Nantinya, pengumuman sejumlah data penting selama 2–3 minggu ke depan berpotensi tertunda. Antara lain adalah data ketenagakerjaan, Klaim tunjangan pengangguran, inflasi, dan sebagainya.
Risiko penutupan pemerintahan AS tampaknya membebani sentimen regional secara lebih luas, dan potensi penundaan rilis indikator Ekonomi AS, termasuk data non–farm payrolls, kemungkinan juga memperburuk ketidakpastian pasar, ujar Lloyd Chan, Ahli Strategi Valas di MUFG Bank, mengutip Bloomberg.
Dinamika selanjutnya kemungkinan akan banyak dipengaruhi oleh kinerja dolar secara global, dengan faktor eksternal seperti risiko penutupan pemerintahan AS, data ketenagakerjaan, serta pemilu Jepang menjadi penentu arah pasangan mata uang Asia dalam tren jangka pendek, tulis analis Maybank termasuk Alan Lau dalam catatan.
“Faktor–faktor ini dapat berdampak cukup besar pada arah dan manuver dolar, dan kami memperkirakan volatilitas akan meningkat mengingat ketidakpastian yang ada,” lanjut riset mereka.
(fad/aji)





























