Untuk perdagangan sepanjang pekan ini, rupiah kemungkinan mampu menguat hingga ke Rp 16.580/US$.
Adapun jika rupiah melemah, maka support terdekat adalah Rp 16.750/US$. Ini menjadi level psikologis yang andai tertembus maka rupiah berisiko mengetes support lanjutan di Rp 16.800/US$.
Dolar Sedang Lemas
Aura keperkasaan rupiah sudah terlihat sebelum pasar spot dibuka. Sebab rupiah sudah menunjukkan gejala penguatan di pasar Non-Deliverable Forwards (NDF).
Untuk tenor satu bulan, rupiah diperdagangkan Rp 16.712/US$.
Kelesuan dolar AS juga bisa menjadi pelecut semangat bagi rupiah. Akhir pekan lalu, Dollar Index (yang mengukur posisi greenback di hadapan enam mata uang utama dunia) melemah 0,41% ke 98,152.
Pagi ini, Dollar Index masih melemah 0,17% menjadi 97,981.
Data yang menjadi pemberat bagi laju dolar AS adalah kepercayaan konsumen. University of Michigan melaporkan, sentimen konsumen di Negeri Paman Sam pada September berada di 55,1. Jauh lebih rendah ketimbang Agustus yang sebesar 58,2.
Realisasi indeks ini juga lebih rendah ketimbang pembacaan awal (preliminary reading) yaitu 55,4. Sentimen konsumen di 55,1 juga menjadi yang terendah dalam empat bulan terakhir.
“Konsumen terus-menerus frustrasi karena harga-harga yang bertahan di level tinggi. Sebanyak 44% responden terus menyebut bahwa harga tinggi menggerus kondisi keuangan mereka. Bahkan bulan ini, ada tekanan tambahan dari pelemahan pasar tenaga kerja,” kata Joanne Hsu, Direktur Survei, dalam pernyataan tertulis.
Perkembangan ini membuat bank sentral Federal Reserve bisa meyakini bahwa perekonomian Negeri Adikuasa sudah membutuhkan stimulus moneter. Siklus penurunan suku bunga sepertinya sudah hampir pasti terjadi tahun ini.
Saat suku bunga turun, berinvestasi di aset-aset berbasis dolar AS (terutama di instrumen berpendapatan tetap) akan ikut berkurang. Ini membuat dolar AS mengalami tekanan jual.
(aji)































