Logo Bloomberg Technoz

Ribuan Triliun Dana Nasabah Kakap Nikmati Bunga Deposito Tinggi

Sultan Ibnu Affan
17 September 2025 16:45

Ilustrasi Rupiah. (Dimas Ardian/Bloomberg)
Ilustrasi Rupiah. (Dimas Ardian/Bloomberg)

Bloomberg Technoz, Jakarta - Bank Indonesia mengatakan, salah satu penyebab lambatnya transmisi penurunan suku bunga acuan BI rate ke tingkat bunga di perbankan adalah karena keberadaan dana jumbo yang masih menikmati tingkat bunga istimewa, special rate, yaitu tingkat bunga simpanan tinggi melampaui tingkat bunga penjaminan Lembaga Penjamin Simpanan (LPS).

Gubernur BI Perry Warjiyo dalam konferensi pers penguman hasil Rapat Dewan Gubernur secara dari pada hari ini, Rabu (17/9/2025), mengungkapkan, penurunan BI rate sudah dilakukan enam kali sejak September tahun lalu. Dampak penurunan suku bunga acuan itu sudah tercermin dari penurunan suku bunga di pasar uang. Begitu juga tingkat imbal hasil alias yield Surat Berharga Negara (SBN) yang juga makin landai.

"Nah, pertanyaannya, mengapa suku bunga deposit [simpanan di bank] belum turun? Karena salah satu aktornya adalah adanya special rate yang jumlahnya mencapai 25% dari total DPK [Dana Pihak Ketiga], sehingga suku bunga deposito baru turun 16 bps selama tahun ini, itu tentu membuat [penurunan] suku bunga perbankan berjalan lebih lambat," kata Perry.


BI menilai, penurunan suku bunga perbankan perlu dipercepat. Ketika BI rate sudah turun 125 bps, suku bunga deposito tenor 1 bulan hanya turun 16 bps dari 4,81% pada awal tahun ini menjadi 4,65% pada Agustus lalu. "Terutama dipengaruhi oleh pemberian special rate kepada deposan besar yang mencapai 25% dari total DPK," kata Perry.

Gubernur BI mengatakan, total dana DPK yang mendapatkan special rate mencapai Rp2.380,4 triliun.