KPI Balongan Dukung Asta Cita Energi Lewat Relokasi SPM 35 Ribu

Bloomberg Technoz, Jakarta - PT Kilang Pertamina Internasional (KPI) Unit Balongan di Indramayu, Jawa Barat, dinilai memiliki peran penting dalam mendukung kebutuhan energi nasional. Kilang tersebut menjadi pemasok utama Bahan Bakar Minyak (BBM) untuk Jakarta, sebagian besar Jawa Barat, dan Banten.
Untuk menjaga kelancaran produksi, seluruh fasilitas di kilang Balongan disebut harus terawat dan berfungsi dengan baik. Salah satu fasilitas yang dianggap sangat vital adalah Single Point Mooring (SPM), sarana di laut yang menjadi jalur utama masuknya bahan baku berupa Naptha dan minyak mentah (Crude Oil) sebelum diolah menjadi BBM.
Kilang Balongan saat ini mengoperasikan tiga unit SPM dengan kapasitas berbeda. General Manager Kilang Balongan, Yulianto Triwibowo, menjelaskan bahwa urgensi keberadaan SPM sangat tinggi. Ia menuturkan, sekitar 70 persen kebutuhan bahan baku Naptha yang diolah di unit NPU Kilang Balongan dikirim melalui kapal dan kemudian dipindahkan ke tangki darat lewat fasilitas tersebut.
"Sementara sekitar 90% minyak mentah yang akan diolah di Kilang Balongan pun dikirim melalui laut dengan transportasi Kapal Tanker. Minyak Mentah akan disalurkan melalui SPM dari kapal menuju tanki darat yang selanjutnya diolah di unit CDU. Oleh karena itu bisa dipastikan tanpa fasilitas SPM maka tidak ada suplai bahan baku ke kilang," ujar Yulianto.
Relokasi SPM 35 Ribu DWT dan Upaya Menjaga Ketahanan Energi Nasional
Sebagai dukungan terhadap Asta Cita Pemerintah sekaligus menjaga keberlanjutan bisnis Pertamina Group, fasilitas Single Point Mooring (SPM) berkapasitas 35 ribu DWT kini telah dipindahkan ke lokasi baru. Pemindahan dilakukan karena posisi sebelumnya terlalu dekat dengan rencana pembangunan anjungan lapangan OO–OX milik PT Pertamina Hulu Energi Offshore North West Java (PHE ONWJ).
Langkah relokasi ini merupakan tindak lanjut hasil kajian risiko pembangunan platform migas lepas pantai PHE ONWJ serta wujud kepatuhan Kilang Balongan terhadap ketentuan Daerah Terbatas dan Terlarang (DTT) Kementerian ESDM, yang mewajibkan adanya jarak aman antar-fasilitas migas di wilayah offshore.
Selain itu, relokasi SPM 35 ribu DWT juga mencerminkan dukungan Kilang Balongan dalam sinergi Pertamina Group untuk mendorong peningkatan lifting migas nasional. Upaya ini diharapkan mampu memperkuat pasokan energi dalam negeri melalui pengembangan lapangan migas baru.
General Manager Project Balongan, Muhammad Ramdhan, menyampaikan bahwa proyek relokasi tersebut berjalan lancar berkat kolaborasi erat antara Project Balongan, Kilang Balongan, dan kontraktor pelaksana.
“Koordinasi, komunikasi, dan juga persiapan yang intensif dan komprehensif terus dilakukan, hasil pelaksanaan proyek zero fatality, zero pollution tanpa mengesampingkan kualitas hasil pekerjaan menjadi target yang telah dicapai sesuai dengan Visi Misi KPI dalam pelaksanaan proyek,” ujar Ramdhan.
Sementara itu, Area Manager Communication, Relation, and CSR Kilang Balongan, Mohamad Zulkifli, menjelaskan bahwa dalam pelaksanaan proyek ini pihaknya tetap mengutamakan keterlibatan masyarakat dan koordinasi dengan instansi terkait. Ia juga menegaskan bahwa operasional kilang selama proses tersebut berlangsung aman dan lancar.
"Selama proses pengerjaan, sosialisasi telah dilakukan kepada masyarakat sekitar, termasuk kepada instansi perhubungan laut, begitu juga kilang tetap beroperasi dengan aman dan lancar tanpa kendala operasional," tandas Zulkifli.
Relokasi SPM 35 ribu membuka peluang bagi Kilang Balongan untuk memperoleh jaminan pasokan gas bumi dari produksi migas lapangan baru PT PHE ONWJ (Anjungan OO-OX), sehingga operasional PT KPI dapat berjalan lebih optimal.
Langkah strategis ini juga menegaskan komitmen Kilang Balongan dalam memperkuat ketahanan energi nasional. Melalui peran aktifnya, Kilang Balongan mendukung program Asta Cita Presiden Prabowo, khususnya pada poin kedua yang menekankan kemandirian bangsa lewat swasembada energi.

































