Nadiem: Korup, Sembrono atau Lugu?
Hasanudin Abdurakhman
11 December 2025 11:20

|
Penulis: Hasanudin Abdurakhman Penulis adalah pendiri lembaga swadaya 1000guru, doktor di bidang fisika lulusan Tohoku University, Jepang |
Nadiem Makarim. Berasal dari keluarga elit. Bapaknya adalah Nono Anwar Makarim, pengacara senior di zaman Soeharto dulu. Nadiem lahir dari keluarga intelek dan kaya. Pendidikan S1 di Amerika. Lalu ia berkarir di perusahaan elit.
Ia mendirikan Gojek, dilanjut dengan Gopay. Ia kaya-raya. Terkenal. Lalu didekati Jokowi. Ia jadi menteri, termuda di antara para menteri yang ada.
Nadiem meninggalkan dunia asalnya, yaitu dunia profesional dan bisnis, masuk ke dunia yang saya sendiri tidak ingin masuk, yaitu birokrasi dan politik.
Baca Juga
Orang profesional masuk ke birokrasi itu seperti orang yang biasa nyetir Camry lalu pindah disuruh nyetir angkot. Sebentar-sebentar dia harus turun memperbaiki mesin atau komponen lain, sekadar agar angkot bisa jalan.
Kok Nadiem mau? Embuh. Kawan saya yang bekerja dengan Nadiem bercerita bahwa Nadiem memilih untuk menjadi Menteri Pendidikan dan Kebudayaan. Awalnya dia diplot untuk jadi Menteri Ekonomi Kreatif. Mungkin dia punya gagasan atau mimpi soal pendidikan.
Ndilalah, kok tersandung kasus korupsi? Sejauh yang bisa saya pantau, tidak ada penilapan uang dalam kasus ini tapi tindakan salah prosedur.
Tapi kok berani melanggar prosedur? Nadiem sepertinya tidak sabar mengikuti aturan birokrasi yang njelimet. Ditambah lagi, aturan itu dikelola oleh birokrat yang lambat. Makanya ia sampai membuat banyak tim bayangan.
Mungkin karena itu dia memilih untuk melanggarnya. Mungkin dia kira akan aman saja. Atau, mungkin dia lugu. Dia anggap tidak akan ada pihak yang akan membongkarnya, dan menyeret dia ke penjara.
Bisikan dari teman saya tadi, Nadiem dibidik oleh rezim Prabowo untuk mengirim signal ke Jokowi agar tidak terlalu banyak cawe-cawe.
Mana yang benar? Saya tidak tahu. Juga saya tidak tahu, seberapa besar kemungkinan Nadiem memang melakukan praktik korupsi bersama Google. Cuma yang terakhir ini sepertinya kecil kemungkinannya. Setahu saya Google sangat ketat menjaga compliance.
DISCLAIMER
Opini yang disampaikan dalam artikel ini sepenuhnya merupakan pandangan pribadi penulis dan tidak mencerminkan sikap, kebijakan, atau pandangan resmi dari Bloomberg Technoz. Kami tidak bertanggung jawab atas keakuratan, kelengkapan, atau validitas informasi yang disajikan dalam opini ini.
Setiap pembaca diharapkan untuk melakukan verifikasi dan mempertimbangkan berbagai sumber sebelum mengambil kesimpulan atau tindakan berdasarkan opini yang disampaikan. Jika terdapat keberatan atau klarifikasi terkait isi opini ini, silakan hubungi redaksi melalui contact@bloombergtechnoz.com
Tentang Z-ZoneZ-Zone merupakan kanal opini di Bloomberg Technoz yang menghadirkan beragam pandangan dari publik, akademisi, praktisi, hingga profesional lintas sektor. Di sini, penulis bisa berbagi ide, analisis, dan perspektif unikmu terhadap isu ekonomi, bisnis, teknologi, dan sosial. Punya opini menarik? |
(hab)





















