Target paling optimistis atau resisten terkuat adalah Rp 16.350/US$.
Untuk perdagangan pekan ini (weekly time frame), selama nantinya nilai rupiah berhasil menguat hingga Rp 16.350/US$ mka ada potensi untuk melanjutkan tren penguatan hingga Rp 16.300/US$.
Sedangkan rupiah memiliki support psikologis di level Rp 16.450/US$. Apabila level ini berhasil tembus, maka mengkonfirmasi laju support selanjutnya di level Rp16.500/US$ usai tembus MA-100.
Faktor Penguat Rupiah
Harapan penguatan rupiah hari ini datang di pasar Non-Deliverable Forwards (NDF). Pergerakan di pasar NDF kerap mempengaruhi dinamika di pasar spot.
Untuk tenor 1 bulan, rupiah di pasar NDF diperdagangkan di Rp 16.410/US$.
Sementara itu, dolar AS juga sedang lesu. Akhir pekan lalu, Dollar Index (yang menggambarkan posisi greenback di hadapan enam mata uang utama dunia) melemah 0,59% ke 97,768. Ini adalah yang terendah sejak 22 Agustus atau sekira 2 pekan terakhir.
Kejatuhan dolar AS terjadi seiring rilis data ketenagakerjaan terbaru. US Bureau of Labor Statistics melaporkan perekonomian Negeri Paman Sam menciptakan 22.000 lapangan kerja non-pertanian (non-farm payroll) sepanjang Agustus.
Angka ini jauh di bawah Juli yang sebanyak 79.000 dan ekspektasi pasar yaitu 75.000.
Data ini menebalkan keyakinan pasar bahwa bank sentral Federal Reserve akan menurunkan suku bunga acuan dalam rapat bulan ini. Perlambatan di pasar tenaga kerja sudah begitu terasa, sehingga mungkin sudah saatnya mengeluarkan ‘jurus’ stimulus moneter.
Mengutip CME FedWatch, probabilitas penurunan Federal Funds Rate sebesar 25 basis poin (bps) ke 4-4,25% dalam rapat September adalah 92%. Adapun peluang penurunan 50 bps menjadi 3,75-4% adalah 8%. Kemungkinan suku bunga bertahan di 4,25-4,5% adalah 0%.
Saat suku bunga turun, berinvestasi di aset-aset berbasis dolar AS (terutama instrumen berpendapatan tetap) menjadi kurang menarik. Akibatnya, dolar AS pun melemah dan rupiah mendapat angin segar.
(aji)




























