Logo Bloomberg Technoz

Risiko Burden Sharing SBN: Inflasi Hingga Independensi BI Buram

Pramesti Regita Cindy
04 September 2025 10:35

Bunga Utang RI 2025 Naik 11,18% Jadi Rp552,9 Triliun. (Diolah dari Berbagai Sumber)
Bunga Utang RI 2025 Naik 11,18% Jadi Rp552,9 Triliun. (Diolah dari Berbagai Sumber)

Bloomberg Technoz, Jakarta - Wacana penerapan skema berbagi beban bunga utang atau burden sharing antara pemerintah dan Bank Indonesia (BI) kembali mencuat di tengah kebutuhan pembiayaan jumbo untuk program Asta Cita. 

Burden sharing merupakan skema pembagian beban bunga yang dilakukan dengan membagi rata biaya bunga atas penerbitan Surat Berharga Negara (SBN) untuk program pemerintah. Skema ini sebelumnya pernah diterapkan pada masa darurat keuangan pandemi Covid-19, di mana BI ikut menanggung beban pembiayaan negara melalui pembelian obligasi pemerintah dengan bunga lebih rendah dari pasar.

Analis perbankan dan praktisi sistem pembayaran, Arianto Muditomo menilai burden sharing semestinya hanya berlaku dalam kondisi darurat ketika akses pasar terbatas, seperti saat pandemi lalu. Dalam situasi normal, menurutnya, pemerintah sebaiknya mengandalkan pembiayaan melalui pasar surat utang atau sumber pendanaan lain agar independensi BI tetap terjaga.


"Namun, jika kebutuhan pembiayaan program Asta Cita sangat besar sementara pasar belum cukup menyerap dengan biaya murah, maka burden sharing bisa dipertimbangkan kembali sebagai opsi sementara dengan batasan ketat," kata Arianto kepada Bloomberg Technoz, dikutip Kamis (4/9/2925). 

Pada dasarnya, Arianto mengungkapkan peran BI dalam pelaksanaan skema burden sharing ialah untuk mendukung stabilitas fiskal dan program pemerintah. Namun risikonya, kredibilitas BI sebagai otoritas moneter independen bisa dipertanyakan, inflasi berpotensi naik akibat injeksi likuiditas, serta timbul moral hazard dari pemerintah.