"Sehingga, itu akan membawa--bukan hanya perdagangan--tetapi juga arus investasi ke Indonesia dari Uni Eropa. Jadi ini adalah momentum yang akan kita gunakan untuk paruh kedua dari tahun 2025 ini," tutur dia.
Dalam kesempatan lain, Institute for Development of Economics and Finance (Indef) justru memprediksi hasil kesepakatan negosiasi tarif antara Indonesia dengan Amerika Serikat (AS) akan berdampak pada penurunan produk domestik bruto (PDB) dalam negeri sebesar 0,11%.
Kepala Departemen Makroekonomi Indef Muhammad Rizal Taufikurrahman mengatakan, penurunan tersebut disebabkan maraknya produk barang impor AS yang akan masuk ke Indonesia imbas tanpa hambatan.
"Lagi-lagi, kita lihat terjadi akan kontraksi terhadap pertumbuhan ekonomi dengan penurunan PDB sebesar 0,113%. Hal ini terjadi akibat barang amerika masuk indonesia tanpa hambatan," ujarnya dalam Diskusi Publik secara daring, Senin (21/7/2025).
Badan Pusat Statistik (BPS) sebelumnya melaporkan pertumbuhan ekonomi Indonesia sepanjang kuartal I tahun ini hanya mencapai 4,87%, sekaligus menjadi yang terendah sejak kuartal III 2021 lalu.
(lav)
































