Logo Bloomberg Technoz

Bloomberg Technoz, Jakarta - Grup Djarum makin agresif menambah portofolio investasi di luar bisnis rokok. Kali ini, dua emiten yang menjadi sasaran akumulasi adalah PT Surya Semesta Internusa Tbk (SSIA) dan PT Medikaloka Hermina Tbk (HEAL).

Menariknya, pembelian besar-besaran oleh PT Dwimuria Investama Andalan, lengan investasi Grup Djarum, terjadi justru ketika kedua emiten tengah berada dalam fase kinerja yang belum optimal.

Sebagai informasi, Dwimuria secara bertahap masuk ke SSIA dalam dua pekan terakhir. Dimulai pada 4 Juli 2025, Dwimuria langsung menggenggam 5,27% atau sekitar 247,99 juta saham SSIA. Pada 9 Juli 2025, perusahaan kembali menambah 2,3 juta saham, sehingga total kepemilikannya naik menjadi 5,32%.

Dengan asumsi harga penutupan Rp1.705/saham pada 9 Juli, nilai transaksi minor tersebut diperkirakan senilai Rp3,9 miliar. Sementara aksi awal pembelian 5,27% saham sebelumnya diduga bernilai sekitar Rp424 miliar.

SSIA sendiri tengah menjalankan proyek ambisius Subang Smartpolitan, kawasan industri terpadu seluas 2.717 hektare yang kini mulai menarik tenant besar seperti BYD dan beberapa investor dari Jepang dan Tiongkok.

Proyek ini memiliki nilai strategis karena terhubung ke Pelabuhan Patimban yang jaraknya sekitar 40 km dan sedang dalam proses konektivitas via jalan tol baru.

Kendati outlook jangka panjang dinilai positif, analis tetap memberikan catatan atas proyeksi keuangan SSIA. 

Dalam laporan riset Ciptadana Sekuritas, disebutkan bahwa target harga saham SSIA dinaikkan menjadi Rp1.930/saham, dari sebelumnya Rp1.390/saham seiring peningkatan valuasi lahan. 

Namun demikian, proyeksi pendapatan SSIA untuk 2025 dan 2026 justru dipangkas masing-masing sebesar 14,6% dan 20,1%, karena realisasi pengakuan penjualan lahan yang lebih lambat dari perkiraan semula.


Masuk ke HEAL


Cerita serupa terjadi di saham HEAL. Grup Djarum secara resmi menjadi pemegang saham HEAL melalui akuisisi 559,19 juta saham hasil pembelian kembali (buyback) yang dilakukan oleh emiten rumah sakit tersebut.

Saham-saham itu dilepas di luar bursa dengan harga Rp1.875 per saham, atau sekitar 32% lebih tinggi dari harga pasar saat itu di kisaran Rp1.420. Nilai total transaksinya mencapai sekitar Rp1,04 triliun.

Rumah Sakit Hermina. (Dok. Hermina)

Transaksi ini menjadikan Dwimuria sebagai pemegang saham strategis, menyusul Grup Astra yang lebih dulu masuk ke HEAL. Namun demikian, langkah Djarum ini juga diambil saat Hermina belum membukukan kinerja optimal.

RHB Sekuritas dalam risetnya mencatat bahwa laba bersih HEAL pada kuartal I/2023 hanya mencapai Rp109 miliar, turun 2,1% secara tahunan dan baru memenuhi 22% dari target tahun penuh. Margin laba juga menyempit akibat masih tingginya beban investasi teknologi dan pembaruan alat kesehatan.

Meski begitu, RHB tetap mempertahankan rekomendasi Buy untuk saham HEAL, dengan target harga Rp1.630 per saham. Salah satu katalis utama yang diantisipasi adalah dampak penuh dari kenaikan tarif BPJS dan optimalisasi skema Coordinated Benefit (COB), yang memungkinkan shifting pasien dari skema pembiayaan penuh ke kombinasi BPJS dan swasta.

Manajemen HEAL juga masih mematok target pendapatan tahun penuh di kisaran Rp5,7–5,9 triliun, sedikit lebih rendah dari proyeksi analis.

Dari sisi ESG (environmental, social, governance), HEAL mencetak skor tinggi dalam evaluasi RHB Sekuritas. Perusahaan dinilai unggul dalam tata kelola dan kepatuhan informasi pasar, dengan catatan kecil terkait transparansi target energi ke depan.

(dhf)

No more pages