Logo Bloomberg Technoz

“Untuk itu, pemerintah perlu terus memantau kebijakan Filipina dan mengontrol pasokan domestik untuk menjaga stabilitas industri,” terang Djoko. 

Indonesia sendiri merupakan produsen nikel nomor wahid. Menurut United States Geological Survey (USGS), porsi produksi nikel RI setara dengan 59,46% produksi dunia.

Produksi bijih nikel Indonesia sesuai rencana kerja anggaran dan biaya (RKAB) 2024 ditaksir sekitar 240 juta ton, naik dari tahun sebelumnya sebanyak 193,5 juta ton.

Sementara itu, untuk 2025, Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) akan melakukan evaluasi produksi nikel untuk menjaga keseimbangan antara produksi, kebutuhan industri, dan stabilitas harga.

Dihubungi terpisah, Direktur Eksekutif Indonesia Mining Association (IMA) Hendra Sinadia mengatakan masih belum bisa mengonfrimasi klaim data dari pihak Filipina yang menyebut Indonesia akan mengimpor tambahan sekitar 5—10 juta ton bijih nikel dari negara tersebut. 

Klaim tersebut baru bisa dibuktikan ketika kargo pengangkut nikel dari Filipina telah tiba di Tanah Air.

Cadangan nikel dunia./dok. ESDM

Kesesuaian Kualitas

Akan tetapi, Hendra mensinyalir memang terdapat beberapa perusahaan smelter di dalam negeri yang melakukan pemesanan bijih nikel dari Filipina untuk mendapatkan karakteristik bahan baku yang sesuai dengan spesifikasi smelter mereka.

“Hal ini karena untuk beberapa smelter nikel, kualitas ore dari Filipina lebih cocok buat mereka; khususnya terkait dengan rasio silika magnesiumnya yang lebih rendah,” terangnya. 

Bagaimanapun, dia belum bisa menyimpulkan apakah potensi peningkatan impor bijih nikel dari Filipina terjadi akibat kebijakan pengetatan produksi oleh Pemerintah Indonesia.

“Perubahan aturan RKAB justru di satu sisi dapat menjadi peluang penambang untuk lebih baik dalam merencanakan produksi. Mereka dengan segera bisa melakukan penyesuaian dengan dinamika perilaku pasar komoditas ini,” ujarnya.

Medio pekan lalu, presiden unit pertambangan konglomerat Filipina, DMCI, Tulsi Das Reyes memprediksi impor bijih nikel dari Indonesia akan meningkat menjadi antara 5 juta dan 10 juta ton tahun ini dari sekitar 1 juta ton pada akhir 2023.

Sebagian besar produksi bijih nikel Filipina yang melebihi 30 juta ton masih ditujukan ke pasar utama China, tetapi pengiriman ke Indonesia meningkat dalam beberapa tahun terakhir. Apalagi, Pemerintah RI memperketat kebijakan produksi di sektor pertambangan guna menstabilkan harga.

Reyes mengungkapkan sebagian dari proyeksi pengiriman bijih nikel DMCI sebesar 2 juta ton tahun ini akan dikirim ke Indonesia. Namun, lanjutnya, tren peningkatan aliran dari Manila ke Jakarta tidak akan bertahan lama.

"Jika saya Indonesia, saya akan memaksimalkan apa yang saya miliki secara internal," ujarnya dalam wawancara dengan Bloomberg, Kamis (10/7/2025).

"Saya pikir mereka [Indonesia] tidak menginginkan banyak impor dari Filipina dan pemilik pabrik China juga kemungkinan akan memprioritaskan pasokan dari tambang mitra mereka di Indonesia," imbuh Reyes.

Filipina merupakan produsen bijih nikel terbesar kedua di dunia, tetapi tertinggal dari Indonesia dalam mengembangkan industri hilirnya sendiri karena modal yang dibutuhkan untuk fasilitas pengolahan sangat besar.

Upaya terbaru Pemerintah Filipina untuk melarang ekspor mineral mentah guna mendorong para penambang berinvestasi di pabrik pengolahan dalam negeri ditolak oleh dewan legislatif Manila bulan lalu, di tengah protes dari kalangan pelaku industri nikel.

Sekadar catatan, Badan Pusat Statistik (BPS) mendata impor bijih dan konsentrat nikel dari Filipina mencapai 2,77 juta ton sepanjang Januari—Mei 2025.

Sepanjang 2024, RI tercatat mengimpor 10,18 juta ton bijih nikel dari Filipina yang didatangkan dari berbagai pelabuhan termasuk Morowali, Sulawesi Tengah dan Teluk Weda, Maluku Utara.

Impor bijih dari Filipina dari basis nikel di Morowali tercatat sebanyak 442.895 ton pada Mei 2025, sedangkan dari Weda Bay 1,20 juta ton pada periode yang sama. Selain itu, impor bijih nikel dari Filipina pada bulan tersebut juga tercatat masuk dari Samarinda sebanyak 56.650 ton.

-- Dengan asistensi Mis Fransiska Dewi

(wdh)

No more pages