Terpisah, Ekonom Bank Danamon Hosianna Evalia Situmorang memproyeksikan neraca dagang Indonesia kembali mencatat surplus pada April 2025, sebesar US$3,85 miliar.
Kinerja ini ditopang oleh beberapa faktor utama, yakni musim Idulfitri menyebabkan normalisasi impor setelah lonjakan permintaan barang dan jasa jelang Ramadan di bulan sebelumnya.
Selain itu, harga komoditas utama seperti CPO dan emas meningkat, mendorong nilai ekspor secara signifikan. Pelemahan nilai tukar rupiah turut membuat ekspor lebih kompetitif meski menjadi tantangan bagi impor barang konsumsi.
“Ekspor diperkirakan tumbuh 10,4% [yoy], sementara impor naik 5,4% [yoy], mencerminkan permintaan domestik yang masih terjaga,” ujar Hosianna.
Konsensus Bloomberg menghasilkan median proyeksi untuk neraca dagang April surplus US$2,73 miliar. Apabila terwujud, maka lebih rendah dari posisi Maret yang surplus US$4,33 miliar.
Akan tetapi, surplus perdagangan pada April akan membuat neraca perdagangan Indonesia selalu positif selama 60 bulan beruntun. Artinya, surplus neraca perdagangan tidak putus dalam lima tahun terakhir.
Badan Pusat Statistik (BPS) mengubah jadwal pengumuman laporan neraca perdagangan Indonesia dari semula pada setiap pertengahan bulan menjadi awal bulan, bersamaan dengan rilis data inflasi dan pariwisata.
Dengan demikian, perkembangan neraca dagang pada April 2025 akan diumumkan pada Senin (2/6/2025). Hal ini bersamaan dengan pengumuman perkembangan indeks harga konsumen pada Mei 2025.
(dov/wep)































