Bloomberg Technoz, Jakarta - Para pekerja di seluruh dunia memperingati Hari Buruh Internasional, pada hari ini 1 Mei 2025. Momen peringatan Hari Buruh tahun ini agaknya cenderung diwarnai perkembangan situasi perburuhan yang kian suram di Indonesia.
Data-data terakhir yang dilansir oleh berbagai sumber, menunjukkan, nasib pekerja di Tanah Air masih belum melegakan terdampak kelesuan ekonomi yang memantik gelombang Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) kian besar, ditambah perlambatan pertumbuhan upah, juga stimulus yang masih minim bagi pekerja agar mampu mempertahankan daya beli.
Berdasarkan data Survei Sosial Ekonomi Nasional per Maret 2024, seperti dilansir dalam kajian Statistisi Badan Pusat Statistik Lili Retnosari dan Nuri Taufiq beberapa waktu lalu, terungkap bahwa hampir 40% dari total penduduk miskin di Indonesia atau sekitar 10,04 juta, termasuk pekerja miskin. Angka itu nyaris sama dengan tahun 2015 di mana 40,47% dari penduduk miskin di Indonesia, bukanlah pengangguran.
Dalam satu dekade penuh pertumbuhan dan reformasi, stagnasi tersebut seharusnya menjadi alarm peringatan. Kemiskinan tetap ada bahkan di kalangan yang aktif bekerja.
Data tersebut juga seolah menggemakan seloroh yang lazim muncul di tengah masyarakat Indonesia, “Kerja keras bagai kuda tapi tak kaya-kaya”.
Bekerja yang seharusnya menjadi salah satu sarana naik kelas, pada banyak orang di Indonesia nyatanya berhenti sekadar sebagai cara bertahan hidup. “Ini bukan kegagalan individu, melainkan kegagalan sistemik,” kata Statistisi BPS.

Data itu juga mencerminkan bahwa di negeri ini, ketersediaan pekerjaan layak yang mampu membawa pekerja menaikkan tarif hidup hingga keluar dari jerat kemiskinan, masih minim tersedia.
Sektor informal yang minim memberikan akses terhadap perlindungan sosial masih mendominasi wajah ketenagakerjaan domestik.
Deindustrialisasi prematur yang diduga terjadi hampir satu dekade terakhir, membuat aksesibilitas masyarakat terhadap lapangan kerja formal yang memberikan upah formal, makin sulit.
Sementara di sektor formal sendiri, pertumbuhan upah bergerak stagnan dalam beberapa tahun ini.
Berdasarkan hasil Survei Kegiatan Dunia Usaha yang dirilis pekan lalu, tercatat bahwa pada Semester 1-2025, Saldo Bersih (SB) pertumbuhan upah melambat, hanya 34,91% yang menjadi SB terendah semester pertama sejak 2022 silam.
Hanya 36,5% pekerja yang mengalami kenaikan upah pada Semester 1-2025, lebih sedikit dibanding periode yang sama tahun 2024 sebanyak 40,3% dan jauh lebih rendah ketimbang Semester 1-2023 sebanyak 43,06%.
Mayoritas pekerja upahnya stagnan dengan proporsi 61,92%, berdasarkan hasil survei yang sama. Adapun yang menderita penurunan upah mencapai 1,58% pekerja. Sementara laju inflasi terus meningkat terutama untuk komoditas pokok. Data BPS mencatat, pada Maret 2025 bahan makanan mencatat inflasi 3,49% year-to-date dan 1,07% year-on-year.
Stagnasi upah di kala inflasi terus melaju potensial menggerogoti kekuatan daya beli pekerja.
Ancaman PHK
Wajah perburuhan tahun ini juga dibebani ‘hantu’ PHK yang makin menyeramkan. Dalam dua bulan pertama tahun ini saja, hampir 22.000 pekerja di Indonesia kehilangan pekerjaan. Angka itu melonjak 100% dibanding periode yang sama tahun lalu.
Kelesuan ekonomi telah melemahkan kegiatan dunia usaha sehingga berdampak pada langkah efisiensi besar-besaran. Baik melalui PHK maupun mengurangi rekrutmen tenaga kerja.
Di tengah panasnya perang dagang yang potensial menjatuhkan perekonomian dunia dalam perlambatan pertumbuhan, para pekerja di Tanah Air menghadapi risiko kehilangan pekerjaan lebih besar ketimbang periode-periode sebelumnya.
Perekonomian Indonesia tahun ini diperkirakan hanya akan tumbuh 4,7% oleh IMF dan cuma 4,8% menurut prediksi Bank Dunia. Bank Indonesia juga memperkirakan pertumbuhan Produk Domestik Bruto tahun ini akan cenderung di bawah angka median proyeksi, atau di bawah 5,1%.
Perlu ada terobosan kebijakan dari para pembuat kebijakan agar pembenahan kondisi ketenagakerjaan bisa direalisasi. Ketersediaan lapangan kerja perlu diperluas dengan mendorong insentif investasi domestik. Perlindungan pekerja melalui regulasi yang berpihak juga mendesak, termasuk untuk mendukung ketangguhan daya beli buruh, yang menjadi salah satu penyokong utama konsumsi domestik.
Berikut ini data dan fakta wajah perburuhan dan situasi ketenagakerjaan di Indonesia pada peringatan Hari Buruh 1 Mei 2025, dikompilasi dari hasil Sakernas Agustus 2024 BPS, publikasi BPS, data Kementerian Tenaga Kerja juga Bank Indonesia:
- Angkatan kerja di Indonesia mencapai 152,11 juta orang
- Jumlah pekerja di Indonesia mencapai 144,64 juta orang
- Jumlah pengangguran terbuka mencapai 7,47 juta orang
- Jumlah pengangguran terpaksa (setengah pengangguran) mencapai 11,56 juta orang
- Pekerja penuh waktu mencapai 98,45 juta orang
- Pekerja paruh waktu sebanyak 34,63 juta orang
- Selama Januari-Februari 2025, terjadi PHK sebanyak 21.935 orang pekerja, naik hampir 100% dibanding Januari-Februari 2024
- Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK) nasional mencapai 70,63%
- Employment to Population Ratio (EPR) yaitu rasio penduduk bekerja terhadap jumlah penduduk usia kerja, mencapai 67,16
- Hanya sebanyak 42,05% pekerja di Indonesia yang terserap di sektor formal
- Sebanyak 38,8% pekerja berstatus sebagai buruh/karyawan/pegawai
- Mayoritas penduduk bekerja di Indonesia berada di sektor pertanian, kehutanan dan perikanan (28,18%), disusul sektor perdagangan besar dan eceran, reparasi dan perawatan mobil sepeda motor (18,89%)
- Penduduk bekerja terbanyak bekerja sebagai tenaga produksi, operator alat angkutan, dan pekerja kasar (28,80%)
- Mayoritas penduduk bekerja menghabiskan waktu 35-48 jam per minggu untuk bekerja (39,47%), sebanyak 26,80% bekerja lebih dari 48 jam (execessive work)
- Angkatan kerja di Indonesia didominasi penduduk berpendidikan dasar (51,4%)
- Rata-rata upah/gaji sebulan secara nasional adalah Rp3,27 juta
- Tingkat pengangguran terbuka usia muda mencapai 17,32%, berarti dari 100 orang penduduk usia kerja, terdapat 17 orang yang menganggur
- Tingkat pengangguran usia muda lebih tinggi enam kali lipat dibanding tingkat pengangguran usia dewasa
- Sebanyak 40% dari total penduduk miskin di Indonesia memiliki pekerjaan, mencerminkan defisit pekerjaan layak
- Upah pekerja setingkat mandor naik 1,7% pada Semester 1-2025, sedangkan upah pekerja di bawah mandor naik 5,7%, lebih rendah dibanding pertumbuhan periode yang sama tahun sebelumnya
- Indeks Ketersediaan Lapangan Kerja di kelompok pendapatan menengah, untuk pertama kali jatuh di zona pesimistis di bawah 100, berdasarkan Survei Konsumen bulan Maret 2025
(rui)