Logo Bloomberg Technoz

Rupiah Sedikit Berotot Pagi Ini Usai Inflasi AS Melandai

Ruisa Khoiriyah
11 May 2023 10:00

Ilustrasi rupiah. (Dimas Ardian/Bloomberg)
Ilustrasi rupiah. (Dimas Ardian/Bloomberg)

Bloomberg Technoz, Jakarta - Rilis data inflasi Amerika Serikat (AS) terbaru memperlihatkan tekanan harga di negeri paman sam itu mulai jinak. Data itu menebalkan keyakinan para pelaku pasar bahwa Federal Reserve, bank sentral AS, akan mempertahankan bunga acuan di level saat ini. Kabar terbaru itu memberi penguatan bagi aset-aset di pasar negara berkembang, termasuk rupiah.

Nilai tukar rupiah membuka perdagangan pagi ini, Kamis (11/5/2023) dengan energi lebih, dengan menguat 8 bps ke kisaran Rp14.718/US$. Pertaruhan bahwa Fed akan mempertahankan bunga alih-alih melanjutkan pengetatan, bahkan membuka harapan akan dimulainya pivot alias pengguntingan bunga acuan akhir tahu ini, akan menjadi alasan kuat bagi pemodal untuk menyerbu aset-aset di emerging market.

"Selama itu dipotong untuk alasan yang benar di mana trayektori saat ini adalah skenario soft landing, itu akan bagus bagi valuta di luar dolar AS," komentar Galvin Chia, ahli strategi Natwest Markets di Singapura, seperti dilansir oleh Bloomberg News.

Pasca rilis data inflasi yang melegakan pasar, pemodal menyerbu saham dan obligasi. Indeks S&P cemerlang. Begitu juga indeks obligasi negara maju, mencatatkan kenaikan. Tingkat imbal hasil untuk obligasi pemerintah AS (US Treasury/UST) dan obligasi negara Jerman juga melandai.

Di pasar domestik, pemodal kembali menyerbu obligasi rupiah setelah beberapa hari terakhir menahan diri, terindikasi dengan penurunan yield Surat Utang Negara (SUN/INDOGB) tenor 2 tahun, juga tenor 10 tahun, serta tenor lebih panjang.