Logo Bloomberg Technoz

Selisih Yield Obligasi Sempit, Rupiah Lanjutkan Pelemahan

Ruisa Khoiriyah
10 May 2023 09:49

Ilustrasi dolar AS dan rupiah. (Dimas Ardian/Bloomberg)
Ilustrasi dolar AS dan rupiah. (Dimas Ardian/Bloomberg)

Bloomberg Technoz, Jakarta - Nilai tukar rupiah pagi ini masih mendapatkan tekanan yang menyeret mata uang Indonesia itu melemah ke kisaran Rp14.733 per dolar AS, Rabu pagi ini.

Pelemahan nilai tukar rupiah terjadi di tengah indeks dolar AS yang tengah tertekan juga jelang pengumuman data inflasi Amerika yang akan memberikan gambaran lebih jelas bagi para pelaku pasar terkait arah bunga acuan Federal Reserve, terutama peluang penurunan bunga acuan.

Tekanan yang dihadapi oleh rupiah tidak sendiri. Mayoritas mata uang di pasar negara berkembang (emerging market) juga melemah menghadapi dolar Amerika. Indeks MSCI Emerging Market Currency Index terpantau melemah 0,22% tadi malam.

Menurut perhitungan analis, pelemahan rupiah yang terus berlanjut itu tidak bisa dilepaskan dari tekanan yang masih berlangsung di pasar obligasi domestik. Kendati gelar lelang sukuk kemarin mencatat animo luar biasa dengan mencatat nilai penawaran masuk hingga lebih dari Rp40 triliun, tekanan jual masih berlangsung di pasar obligasi negara.

Hal itu terindikasi dari terus naiknya tingkat yield atau imbal hasil Surat Utang Negara (SUN/INDOGB) tenor 10 tahun yang pagi ini berada di level 6,497%, naik tipis 2 bps. Tekanan jual di pasar SUN itu diprediksi akan berlanjut selama selisih yield antara INDOGB dan US Treasury, obligasi Amerika, masih di bawah 300 bps. "Rupiah juga akan melanjutkan pelemahan ke rentang Rp14.750 - Rp14.850 per dolar AS," kata Lionel Prayadi, Macro Strategist Samuel Sekuritas dalam catatan pagi untuk investor, Rabu (10/5/2023).