Logo Bloomberg Technoz

Impor Nikel dari Filipina Bisa Bengkak Jika RI Pangkas Produksi

Mis Fransiska Dewi
17 January 2025 15:40

Sampel ore nikel./Bloomberg-Carla Gottgens
Sampel ore nikel./Bloomberg-Carla Gottgens

Bloomberg Technoz, Jakarta – Isu rencana pemangkasan produksi bijih nikel Indonesia pada tahun ini dinilai berpotensi meningkatkan ketergantungan impor nikel dari Filipina. 

Terkait dengan hal itu, Bahana Sekuritas menyebut data per November 2024 menunjukkan 10 juta ton impor bijih nikel berasal dari Filipina.

“Pembatasan kuota penambangan berpotensi meningkatkan ketergantungan bijih impor termasuk dari Filipina,” tulis analis Bahana Sekuritas Jeremy Mikael dalam risetnya dikutip Jumat (17/1/2025).

Hal ini karena jumlah bijih nikel yang diizinkan untuk ditambang pada 2025 dikabarkan hanya akan sebanyak 150 juta ton. Angka itu merosot drastis dari rencana kerja dan anggaran biaya (RKAB) pertambangan nikel yang diizinkan sebanyak 240 juta ton bijih pada 2024.

Sementara itu, smelter nikel yang beroperasi saat ini sebanyak 49 rotary kiln-electric furnace (RKEF) dan 5 high pressure acid leach (HPAL) dengan kebutuhan 290 juta ton bijih nikel.