Logo Bloomberg Technoz

Neraca Dagang Surplus 4 Tahun, Kenapa Rupiah Masih Saja Lemah?

Hidayat Setiaji
16 May 2024 12:40

Pekerja merapihkan uang dolar AS dan rupiah di gerai penukaran uang di ITC Kuningan, Jakarta, Rabu (17/4/2024). (Bloomberg Technoz/Andrean Kristianto)
Pekerja merapihkan uang dolar AS dan rupiah di gerai penukaran uang di ITC Kuningan, Jakarta, Rabu (17/4/2024). (Bloomberg Technoz/Andrean Kristianto)

Bloomberg Technoz, Jakarta - Badan Pusat Statistik (BPS) mengumumkan neraca perdagangan Indonesia kembali surplus pada April. Neraca perdagangan genap membukukan surplus selama 48 bulan beruntun.

"Surplus neraca perdagangan terjadi selama 48 bulan atau 4 tahun," ujar Pudji Ismartini, Deputi Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Bidang Statistik Distribusi dan Jasa, dalam konferensi pers di kantornya, Jakarta, Rabu (15/5/2024).

Ini tentu menjadi kabar baik. Surplus neraca perdagangan menandakan Indonesia menerima lebih banyak valas ketimbang melepasnya. Pada akhirnya, ini bisa menjadi faktor yang memperkuat nilai tukar rupiah.

Akan tetapi, sepertinya bukan itu yang terjadi. Selama 4 tahun terakhir, nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) justru melemah.

Sepanjang 2020, rerata kurs rupiah di pasar spot ada di Rp 14.529,06/US$. Tahun ini, rata-ratanya ada di Rp 15.788,78/US$ per 15 Mei. Bahkan tahun ini rupiah sempat berada di atas Rp 16.000/US$, terlemah sejak 2020.

USD/IDR (Sumber: Bloomberg)