Logo Bloomberg Technoz

Dana Asing Belum Tentu Masuk Lagi Meski BI Rate Sudah Naik

Tim Riset Bloomberg Technoz
25 April 2024 10:00

Ilustrasi Rupiah. (Brent Lewin/Bloomberg)
Ilustrasi Rupiah. (Brent Lewin/Bloomberg)

Bloomberg Technoz, Jakarta - Kenaikan BI rate menjadi 6,25%, level tertinggi sejak 2016 silam, mungkin bisa memberikan sokongan sentimen lebih positif bagi nilai tukar rupiah dalam jangka pendek dan menengah. Namun, bunga pinjaman yang kembali naik itu mungkin belum akan cukup ampuh menarik arus modal asing kembali masuk ke pasar dalam negeri, menurut penilaian para analis asing.

Kebangkitan rupiah ke level lebih kuat akan banyak bergantung pada penghitungan apakah imbal hasil yang ditawarkan di pasar saat ini jadi lebih menarik atau stagnan. Imbal hasil surat utang rupiah sejauh ini dinilai masih kurang atraktif terutama dibanding dengan aset investasi acuan seperti US Treasury yang masih dibayangi oleh ekspektasi bunga The Fed.

Yield Treasury, surat utang AS, tenor pendek 2Y kini ada di 4,927%, sedangkan tenor 10Y ada di 4,638%. Sedangkan SUN tenor 2Y terakhir parkir di kisaran 7% dan 10Y bergerak di antara 7,05%. Selisih imbal hasil SUN dengan Treasury tertahan di kisaran 241 bps, lebih kecil dibandingkan India dengan selisih 255 bps. 

Ke depan, dengan prospek penurunan bunga The Fed semakin mundur ke September bahkan November, bahkan ada potensi tidak ada pemangkasan bunga acuan tahun ini, selisih imbal hasil yang masih sempit akan sulit menarik asing kembali ke rupiah.

Berikut ini analisis dari para analis dan ahli strategi dari berbagai sekuritas dan bank investasi global melansir Bloomberg News, Kamis (25/4/2024).