Logo Bloomberg Technoz

Ini Dampak Terburuk Bila BI Rate Tidak Naik

Ruisa Khoiriyah
22 April 2024 12:20

Bank Indonesia. (Rosa Panggabean/Bloomberg)
Bank Indonesia. (Rosa Panggabean/Bloomberg)

Bloomberg Technoz, Jakarta - Nilai rupiah yang merosot lebih dari 5% sepanjang tahun ini telah memicu tekanan bagi bank sentral, Bank Indonesia (BI), untuk mengerek bunga acuan BI Rate jadi 6,25% agar pelemahan rupiah tidak semakin membahayakan perekonomian.

Menaikkan BI Rate lebih tinggi lagi memang akan membuat pertumbuhan ekonomi domestik semakin lambat setelah tahun lalu daya beli masyarakat sudah banyak terkikis akibat pengetatan moneter. Namun, membiarkan BI Rate di level tetap juga akan membuat pelemahan rupiah bisa memicu efek domino yang tak kalah berisiko bagi perekonomian.

Rupiah yang terus melemah akan berimbas pada lonjakan inflasi barang impor (imported inflation). Indonesia sejauh ini masih banyak mengandalkan barang impor mulai dari bahan baku produksi, barang modal sampai barang konsumsi yang dibutuhkan masyarakat.

Rupiah makin lemah akan membuat harga barang impor melesat naik dan ujung-ujungnya memicu inflasi harga konsumen. Bila itu tidak terkendali,  daya beli masyarakat bisa semakin jatuh akibat tekanan harga. 

Saat ini inflasi IHK sudah beranjak naik ke level 3,05% pada Maret, tertinggi sejak Agustus 2023 lalu. Inflasi harga pangan yang masih tinggi memicu lonjakan inflasi IHK. Bila ditambah imported inflation karena pelemahan rupiah, spiral inflasi bisa semakin ruwet.