Logo Bloomberg Technoz

Cek Saham-saham yang Untung dan Buntung dari Kejatuhan Rupiah

Muhammad Julian Fadli
18 April 2024 07:10

Karyawan memfoto layar pergerakan saham (IHSG) di Bursa Efek Indonesia, Jakarta, Kamis (9/3/2023). (Bloomberg Technoz/ Andrean Kristianto)
Karyawan memfoto layar pergerakan saham (IHSG) di Bursa Efek Indonesia, Jakarta, Kamis (9/3/2023). (Bloomberg Technoz/ Andrean Kristianto)

Bloomberg Technoz, Jakarta - Tekanan nilai tukar rupiah melawan dolar Amerika Serikat (AS) menyentuh level terlemah sejak 2020, atau dalam 4 tahun, yang sempat mencapai di atas Rp16.270-an/US$ pada perdagangan kemarin.

Merosotnya nilai tukar rupiah tersebut bersumber utama dari sisi eksternal, dan aksi jual yang berlangsung semakin masif, efek langsung dari menguatnya Dollar Index (yang mencerminkan posisi greenback di hadapan 6 mata uang utama dunia) terus menanjak hingga berada di level 106,35 imbas dari prospek penurunan Federal Funds Rate makin terbatas, yang mungkin hanya terjadi sekali tahun ini. 

Pernyataan terbaru dari Gubernur Bank Sentral Federal Reserve Jerome Powell makin mengkonfirmasi hal tersebut. Dalam sebuah diskusi di Washington DC, Powell memberi sinyal hawkish, penurunan suku bunga acuan mungkin akan tertunda karena ekonomi Negeri Adikuasa yang masih solid.

USD/IDR (Sumber: Bloomberg)

“Sejumlah data terakhir jelas tidak membuat kami percaya diri dan memberi indikasi mungkin butuh waktu lebih lama untuk mencapai keyakinan itu. Dengan solidnya pasar tenaga kerja dan inflasi sejauh ini, maka menjadi layak (Appropriate) untuk menerapkan kebijakan restriktif  lebih lama lagi dan melihat bagaimana data berkembang,” jelas Powell, seperti yang diwartakan Bloomberg News.

Meski demikian, pelemahan nilai tukar rupiah masih bisa menjadi sentimen positif bagi sejumlah emiten di Bursa Efek Indonesia. Mereka adalah perusahaan-perusahaan yang berbasis ekspor.