Logo Bloomberg Technoz

Pasar Surat Utang Makin Tertekan, Asing Jual Rp27 T

Ruisa Khoiriyah
02 April 2024 12:55

Ilustrasi pasar obligasi (Sumber: Bloomberg)
Ilustrasi pasar obligasi (Sumber: Bloomberg)

Bloomberg Technoz, Jakarta - Kejatuhan nilai rupiah ke level terlemah dalam empat tahun terakhir di pasar spot hari ini, Selasa (2/4/2024), nyaris menjebol level psikologis Rp16.000/US$, salah satunya karena arus keluar modal asing yang deras di pasar keuangan. 

Para investor asing menjual surat utang rupiah (SBN) juga saham-saham yang mereka miliki. Alhasil, nilai rupiah semakin terpuruk. Selama kuartal 1-2024, para pemodal asing telah menjual surat utang RI sedikitnya senilai US$1,7 miliar atau sekitar Rp27,04 triliun (asumsi kurs JISDOR Rp15.909/US$). Nilai penjualan SBN oleh asing itu menjadi yang terbesar sejak September 2022 dalam hitungan kuartalan.

Tekanan jual pemodal asing di pasar SBN bukan hanya karena sentimen global, terutama terkait prospek penurunan bunga Amerika. Surat utang RI juga banyak dilepas karena investor asing mengkhawatirkan prospek fiskal Indonesia di bawah pemerintahan baru hasil Pilpres 14 Februari lalu. 

Dengan hasil penghitungan resmi Komisi Pemilihan Umum 20 Maret lalu menyatakan Prabowo Subianto sebagai pemenang pilpres, sorotan para investor semakin mengerucut pada prospek kebijakan fiskal kelak. Program-program yang diusung Prabowo yang diperkirakan memakan biaya sangat besar, seperti program makan siang gratis, juga rencana melanjutkan proyek pembangunan ibukota baru (IKN), dikhawatirkan akan membawa APBN dalam risiko defisit lebih besar dan membuat keuangan Indonesia rentan.

Arus keluar dana asing dari obligasi Indonesia (Dok: Bloomberg)

Ketidakpastian terkait prospek fiskal Indonesia di bawah pemerintahan baru itu yang menjadi pemicu para investor asing keluar dari pasar surat utang. Sampai ada kejelasan tentang bagaimana program-program berbiaya super besar itu didanai, juga bagaimana stance kebijakan fiskal di bawah pemerintahan baru terutama ketika Menteri Keuangan Sri Mulyani hampir pasti tidak menjabat lagi, investor masih menghadapi ketidakpastian yang belum berujung.