Logo Bloomberg Technoz

Sayangnya, kata Gerry, Bombardier sendiri kehabisan dana sehingga perusahaan terpaksa menjual program produksi C-Series miliknya ke Airbus. Produk itu saat ini bertransformasi menjadi Airbus A220.

Adapun, pemain-pemain lain yang juga berusaha masuk ke pasar jet 120 kursi ke atas mencakup The PJSC United Aircraft Corporation (UAC) dari Rusia dengan Mc-21 serta The Commercial Aircraft Corporation of China Ltd (Comac) dari China dengan C919.

“Dengan adanya perang Rusia-Ukraina, impian Mc-21 untuk bisa masuk ke pasar bisa kita anggap selesai dan dikubur untuk sementara. Untuk C919 sendiri, produknya masih sangat baru dan pengalaman Comac dalam mengelola dan mengembangkan C919 —atau optimasi produknya — masih di tahap dini, dengan kapasitas produksi yang masih kecil,” ujar Gerry. 

Model pesawat Commercial Aircraft Corp of China Ltd. (Comac) dipamerkan selama Singapore Airshow./Bloomberg- Ore Huiying


Kapasitas Produksi

Untuk bisa menyaingi Boeing dan Airbus, Comac membutuhkan investasi yang sangat besar demi menggenjot kapasitas produksi mereka. 

Di sisi lain, meski tengah dirundung krisis kepercayaan, Boeing masih berencana menggeber produksi sekira 35—40 unit seri 737 dalam sebulan. Sementara itu, Airbus masih sanggup membuat sekitar 48 unit A320 dalam sebulan dan 6 unit A220 dalam sebulan.

Sebaliknya, Comac sejauh ini baru sanggup memproduksi 1 unit C919 dalam sebulan dan berencana untuk bisa memproduksi 12—15 pesawat setahunnya. Jumlah tersebut terpaut sangat jauh di bawah rerata produksi Boeing 737 dan Airbus A320.

“Meningkatkan kapasitas produksi sangat mahal. [Pada] 10 tahun yang lalu, Airbus sendiri berinvestasi sekitar US$6 miliar—US$10 miliar untuk meningkatkan kapasitas produksi A320 dari 40 pesawat sebulan menjadi 60 sebulan, dan setelah ekspansinya selesai, mereka masih berada di 45—55 sebulan,” jelas Gerry.

Dengan latar belakang tersebut, dia pun menilai jalan bagi pemain baru untuk bisa menyaingi dominasi Boeing dan Airbus dalam industri pabrikan pesawat jet di dunia kemungkinan masih akan sangat panjang.

“Dari sini kita bisa lihat, bahwa duopoli Airbus dan Boeing akan bertahan untuk 10 tahun ke depan,” ujarnya.

Perbandingan Pesawat C919 China dengan A320 Airbus dan Boeing 737 (Sumber: Bloomberg)

Sekadar catatan, kompetisi antara Boeing dan Airbus terbilang cukup terbatas, jika disandingkan dengan besarnya total nilai pasar industri penerbangan global yang mencapai US$400 miliar (sekitar Rp6,32 kuadriliun asumsi kurs saat ini) pada 2023.

Pada 2029, menurut Investopedia, nilai pasar industri kedirgantaraan dunia ditaksir naik sekitar US$500 miliar termasuk dari industri pabrikan pesawat terbang dan komponennya, yang mencakup mesin dan sistem produksi.

Sampai dengan saat ini, Airbus masih terdata sebagai pembuat pesawat komersial nomor wahid dari sisi pengiriman unit pesawat.  Adapun, Boeing mengekor di posisi kedua menyusul krisis yang menerpa perusahaan yang bermula dari isu cacat produksi pada keluarga 737-MAX.

Namun, tanpa ada isu tersebut sekalipun, Boeing Airbus menjadi dua raksasa pembuat jet penumpang terbesar dunia dan paling terkenal di dunia.

Boeing ternama dengan jet seri 7-nya, sedangkan Airbus populer dengan seri A-nya. Keduanya menguasai pasar jet mulai dari tipe badan sempit atau lorong tunggal, badan lebar, bahkan jet jumbo.

-- Dengan asistensi Pramesti Regita Cindy

(wdh)

No more pages