Logo Bloomberg Technoz

Pilpres Satu Putaran Picu Ketidakpastian Lebih Besar Bagi Pasar

Tim Riset Bloomberg Technoz
13 February 2024 11:50

Capres Prabowo Subianto dan Ganjar Pranowo saat debat kelima di JCC, Jakarta, Minggu (4/2/2024). (Dok: Bloomberg)
Capres Prabowo Subianto dan Ganjar Pranowo saat debat kelima di JCC, Jakarta, Minggu (4/2/2024). (Dok: Bloomberg)

Bloomberg Technoz, Jakarta - Sekurang-kurangnya 204,8 juta orang Indonesia akan siap melakukan pemungutan suara esok, Rabu (14/2/2024) untuk memilih anggota legislatif di tiga tingkatan, juga memilih presiden dan wakil presiden yang akan menjabat untuk periode 2024-2029 nanti, mengakhiri 10 tahun era kepemimpinan Presiden Joko Widodo (Jokowi).

Para pelaku pasar modal sudah berada di mode harap-harap cemas menanti hajat penting yang menjadi salah satu pemilu terbesar di dunia itu, terutama di tengah sorotan lebih tajam soal tudingan kecurangan sistematis dan ancaman pemburukan kualitas demokrasi di negeri ini. 

Pasar lazim membutuhkan kepastian datang lebih cepat. Dalam perspektif itu, pilpres satu putaran akan lebih diharapkan oleh pelaku pasar karena akan memberikan kepastian lebih cepat yang menentukan kebijakan investasi mereka selanjutnya.

Akan tetapi, melihat dinamika terakhir yang terjadi dalam kancah perpolitikan domestik, dengan puluhan kampus dan berbagai elemen masyarakat sipil telah bangkit bersuara menyoroti potensi kecurangan yang sangat besar ditambah kekhawatiran kemerosotan demokrasi Indonesia di masa mendatang, satu putaran pilpres dinilai justru melahirkan potensi ketidakpastian yang lebih tak terprediksi.

"Yang saya takutkan apabila Pemilu dan Pilpres 14 Februari berjalan penuh kecurangan, itu akan melahirkan legitimasi yang rendah. Jangan memaksakan satu putaran," kata Lili Romli, Peneliti Senior Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), Senin (12/2/2024).

Pergerakan rupiah 10 tahun terakhir, pernah terperosok ke Rp16.575/US$ ketika pecah pandemi Covid-19 (Bloomberg)