Logo Bloomberg Technoz

Roda Ekonomi Pemilu Macet, Industri Padat Karya Makin Seret

Redaksi
04 February 2024 09:10

Kendaraan melintas di dekat alat peraga kampanye di Jakarta, Kamis (4/1/2024). (Bloomberg Technoz/Andrean Kristianto)
Kendaraan melintas di dekat alat peraga kampanye di Jakarta, Kamis (4/1/2024). (Bloomberg Technoz/Andrean Kristianto)

Bloomberg Technoz, Jakarta – Musim kampanye pemilihan presiden (pilpres) yang biasanya diharapkan menjadi momentum durian runtuh bagi perputaran ekonomi, kali ini justru terbukti gagal menaikkan omzet sektor industri tulang punggung.

Penyebabnya adalah kampanye Pilpres 2024 lebih banyak dilakukan via media sosial, seperti TikTok. Walhasil, pesanan atribut partai politik (parpol) atau capres-cawapres untuk industri padat karya besar – seperti tekstil dan produk tekstil (TPT) – pun anjlok.

Industri TPT merupakan sektor penyerap tenaga kerja terbesar setelah makanan dan minuman (mamin) di industri manufaktur. Kontribusinya per tahun mencapai lebih dari 3 juta pekerja atau hampir 20% dari total serapan tenaga kerja nasional.

Namun, dalam beberapa tahun terakhir, sektor ini dilanda kemalangan seiring dengan badai pemutusan hubungan kerja (PHK) dan makin turunnya permintaan. Momentum kampanye pemilu yang tadinya diharapkan menjadi angin segar untuk mengerek order pun gagal menjadi pengobat keterpurukan industri TPT.  

Ilustrasi TikTok (Dok: Bloomberg)


Dalam kaitan itu, Asosiasi Pertekstilan Indonesia (API) mengeluhkan pesanan atribut partai politik — seperti kaos dan spanduk — pada masa kampanye Pilpres 2024 baru mencapai 20% dari realisasi musim kampanye Pilpres 2019. Dengan kata lain, terdapat penurunan pesanan atribut partai sebesar 80%.