Logo Bloomberg Technoz

Mengukur Potensi Kebangkitan Rupiah Setelah Babak Belur Sepekan

Tim Riset Bloomberg Technoz
29 January 2024 07:30

Ilustrasi Rupiah. (Dimas Ardian/Bloomberg)
Ilustrasi Rupiah. (Dimas Ardian/Bloomberg)

Bloomberg Technoz, Jakarta - Rupiah memasuki pekan terakhir Januari yang menjadi bulan dengan kinerja terburuk sejauh ini dengan kehilangan 2,74%, tertekan isu politik domestik dan ketidakpastian pasar global.

Pada perdagangan hari pertama pekan ini, Senin (29/1/2024), rupiah akan menghadapi pertaruhan apakah bisa mengakhiri tekanan pelemahan minggu lalu dan berbalik menguat atau masih akan melanjutkan tren kemerosotan.

Mengacu pada beberapa indikator sentimen, rupiah terlihat masih dikepung tekanan pelemahan di tengah kewaspadaan para pelaku pasar jelang pengumuman hasil rapat komite terbuka (FOMC) Federal Reserve, yang dijadwalkan digelar pada 31 Januari nanti. 

Beberapa data ekonomi AS yang dirilis pekan lalu memperlihatkan inflasi negeri dengan ekonomi terbesar di dunia itu melanjutkan tren disinflasi di tengah perekonomian yang masih kuat. Namun, pasar cenderung percaya pivot bunga The Fed belum akan terjadi Maret, melainkan bergesar mulai Mei nanti. Ini memberi tekanan pada aset-aset di pasar negara berkembang termasuk rupiah.

Sementara dari dalam negeri, pelaku pasar menunggu rilis data inflasi pada Kamis 1 Februari di mana konsensus pasar memperkirakan inflasi RI pada Januari akan melanjutkan penurunan ke 2,51%.