Logo Bloomberg Technoz

Inflasi AS Melambat, Harapan Penurunan Bunga Membuncah

Ruisa Khoiriyah
13 December 2023 13:00

Karyawan melihat layar pergerakan saham (IHSG) di Bursa Efek Indonesia, Jakarta, Kamis (9/3/2023). (Bloomberg Technoz/ Andrean Kristianto)
Karyawan melihat layar pergerakan saham (IHSG) di Bursa Efek Indonesia, Jakarta, Kamis (9/3/2023). (Bloomberg Technoz/ Andrean Kristianto)

Bloomberg Technoz, Jakarta - Inflasi Amerika Serikat (AS) terlihat semakin mantap di jalur penurunan dan memberi angin pembuka bagi Federal Reserve (The Fed) untuk memulai pembicaraan tentang kemungkinan dimulainya pengguntingan bunga acuan, menurut penilaian ekonom Bloomberg Economics.

Pelaku pasar terlihat masih mempertahankan optimisme pembalikan (pivot) kebijakan The Fed dengan melanjutkan aksi beli baik di pasar saham maupun fixed income. Meskipun sentimen China pagi ini membuat optimisme dari AS itu pudar di Asia dengan indeks saham di hampir semua kawasan terperosok ke zona merah diikuti oleh pelemahan nilai tukar, kecuali rupiah.

Inflasi yang melandai sesuai prediksi setelah data tingkat pengangguran menunjukkan penurunan, memberi keyakinan lebih besar bagi pasar bahwa perekonomian AS bisa mendarat mulus (soft landing) dan menghindari resesi yang ditakutkan.

The Fed menggelar rapat komite pengambil kebijakan, Federal Open Meeting Committee (FOMC), selama dua hari pada 12-13 Desember. Pelaku pasar dan para ekonom memperkirakan bank sentral AS akan menahan bunga acuan. 

"Menahan bunga acuan dua kali berturut-turut bisa dilihat sebagai jeda sementara. Namun, menurut kami tiga kali beruntun menahan bunga acuan menjadi akhir dari siklus tersebut. The Fed akan mempertimbangkan ondisi yang memungkinkan mereka mulai menurunkan bunga acuan tahun depan," kata Anna Wong, ekonom Bloomberg Economics, yang sebelumnya pernah bekerja sebagai penasihat ekonomi di Gedung Putih dan The Fed, dikutip dari Bloomberg News, Rabu (13/12/2023).