Logo Bloomberg Technoz

"Kita tanyakan mau bangun enggak di Indonesia? Kalau tidak bangun pabrik, ya kita enggak kasih. Itu sweetener [pemanis] saja. Begitu dia mau bangun, kita bikin kapasitas produksimu berapa?" ujar dia.

"Kalau bangun pabriknya baru 20%, ya kita kasi kuotanya juga 20%. Kalau pogresnya 50%, kita naikkan juga 50%, supaya kita tidak disiasati oleh pabrik mobil luar untuk banjiri pasar dalam negeri."

Di sisi lain, Bahlil juga mengatakan salah satu pabrikan mobil EV asal China, BYD Co Ltd, telah berkomitmen untuk menanamkan modalnya di Indonesia. Produsen EV terbesar di China itu juga menggandeng mitra lokal, yakni Grup Bakrie, melalui PT VKTR Teknologi Mobilitas Tbk (VKTR).

Meski demikian, dia tidak membeberkan berapa total nilai investasinya, berikut detail rencana proyek BYD di Indonesia. 

Catatan penjualan mobil listrik dan hybrid BYD asal China. (Dok: Bloomberg)

Sebelumnya, Kementerian Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi (Kemenko Marves) membuka peluang untuk kembali memberikan insentif kepada produsen EV yang ingin membangun pabrik di Indonesia.

Deputi Bidang Koordinasi Infrastruktur dan Transportasi Kemenko Marves Rachmat Kaimuddin mengatakan hal itu ditujukan untuk terus memberi kemudahan bagi produsen, sekaligus mengurangi emisi karbon.

"Kita lagi coba bikin policy untuk insentif fiskal supaya pabrik-pabrik yang ingin membuka di indonesia itu dapat insentif lah," ujar Rachmat di sela BNI Investor Daily Summit 2023, akhir Oktober.

Meski tak mengelaborasi rencana insetif tambahan tersebut, Rachmat menyebut hal itu merupakan upaya mendongkrak suplai kendaraan listrik di tanah air.

Dia lantas memberi contoh Thailand pada tahun lalu telah merilis kebijakan yang menarik pabrikan kendaraan listrik, seperti BYD. Hal itu membuat market share EV di Negeri Gajah Putih meroket dari 2% menjadi sekitar 8%—9%.

-- Dengan asistensi Mis Fransiska Dewi

(ibn/wdh)

No more pages