Logo Bloomberg Technoz

RI Terancam Rugi Akibat Defisit Logam Penting, Ini Solusinya

Sultan Ibnu Affan
07 July 2023 14:40

Ilustrasi penambangan dan pengolahan logam dan mineral (dok PT Merdeka Copper Gold Tbk)
Ilustrasi penambangan dan pengolahan logam dan mineral (dok PT Merdeka Copper Gold Tbk)

Bloomberg Technoz, Jakarta  – Indonesia berisiko menderita kerugian besar akibat defisit pasok logam penting yang diproyeksi terjadi dalam beberapa tahun ke depan, apabila produksi mineral dan turunannya tidak segera difokuskan untuk pasar dalam negeri.

Ketua Perhimpunan Ahli Pertambangan Indonesia (Perhapi) Rizal Kasli mengatakan sampai dengan saat ini, Indonesia masih saja fokus mengekspor produk antara (intermediate) dari berbagai logam penting, khususnya nikel.

“Kalau nikel itu umumnya diekspor ke China. Kita akan rugi. Artinya, mereka ekspor itu tidak dikenakan royalti, walaupun nanti katanya akan dikenakan pajak ekspor [bea keluar]. Namun, regulasi itu kan ‘baru akan’. Kalau tidak diberlakukan, kita bakal rugi. Barangnya dari kita, tetapi kita enggak bisa manfaatkan. Kita ekspor dan regulasi bea keluarnya pun belum ada sampai saat ini,” ujarnya saat dihubungi, Jumat (7/7/2023).

Dengan demikian, Rizal menyarankan agar pemerintah juga fokus untuk memasarkan komoditas logam kritis di dalam negeri, khususnya dengan terus fokus membangun industri turunan atau hilir.

“Misalnya, pengembangan industri stainless steel, seperti alat-alat kedokteran. Contoh sederhana, alat suntik; kita masih impor ini. Kemudian gunting, alat operasi, dan lain-lain; kita masih impor. Kalau ini dikembangkan sendiri, kita untung. Karena apa? Bahan baku logamnya ada di Indonesia.”  

Ilustrasi tambang nikel di Morowali Sulawesi Tengah (Dimas Ardian/Bloomberg)