Logo Bloomberg Technoz

Penyakit yang Paling Banyak Diklaim Asuransi 2025: Infeksi-DBD

Dinda Decembria
12 December 2025 06:30

Ilustrasi Investor Tagih Skema Asuransi yang Macet (Diolah berbagai sumber)
Ilustrasi Investor Tagih Skema Asuransi yang Macet (Diolah berbagai sumber)

Bloomberg Technoz, Jakarta - Analytics Solutions Leader Mercer Indonesia, Bella Friscintia, memaparkan bahwa pola penyakit di Indonesia menunjukkan karakteristik yang berbeda dibandingkan banyak negara lain, terutama dalam hal pembiayaan rawat inap dan rawat jalan.

Menurut data Mercer, dua penyakit yang mendominasi layanan rawat inap di Indonesia tahun ini adalah infeksi usus dan demam berdarah dengue (DBD). “Top 1 dan top 2-nya itu penyakit yang sifatnya infeksi. Baru kemudian disusul penyakit kronis seperti tumor dan kanker,” ujar Bella di Sudirman, Jakarta, Kamis (11/12).

 Setelah itu, pernapasan seperti influenza dan pneumonia berada di peringkat kelima, diikuti ISPA pada peringkat ketujuh, lalu gejala umum seperti sakit punggung, demam, dan nyeri perut.


Bella menyebut data total biaya dan jumlah kasus juga memperlihatkan pola serupa: penyakit infeksi masih menjadi beban terbesar. “Dibanding negara lain di Asia maupun global, top 1 dan 2 biaya biasanya penyakit kronis seperti kanker atau jantung. Di Indonesia justru penyakit infeksi,” jelasnya. Pergeseran terjadi dari tahun lalu, di mana DBD sebelumnya berada di posisi teratas dan kini digantikan infeksi usus.

Sementara pada layanan rawat jalan, pola lebih ekstrem. Sejak 2022 hingga 2024, ISPA menjadi penyebab terbesar biaya dan jumlah kasus rawat jalan. Tahun ini, 20% dari total biaya rawat jalan dan 27% dari total kasus berasal hanya dari satu diagnosis: infeksi saluran pernapasan atas. Meskipun umum, beban kasus ISPA di Indonesia masih menjadi tantangan utama karena terjadi secara konsisten setiap tahun.