Namun, harga pangan lainnya justru bergerak turun. Seperti beras medium mengalami penurunan harga rata-rata secara nasional menjadi Rp13.569/kg dibandingkan periode Oktober.
Begitu juga kedelai biji kering lokal turun sebanyak 8,94% ke Rp8.560/kg, cabai merah keriting turun 3,22% jadi Rp45.208/kg, dan cabai merah besar Rp37.611/kg.
Inflasi Tahunan
Konsensus Bloomberg menghasilkan median proyeksi inflasi tahunan (year-on-year/yoy) di 2,71% pada November. Jika terwujud, maka melambat Oktober yang sebesar 2,86% yoy.
Perlambatan laju inflasi ini menunjukkan tekanan permintaan pasar domestik yang lemah, tercermin pada inflasi inti yang melambat dari 2,36% pada Oktober menjadi diperkirakan 2,34% pada November.
Pandangan Pasar
“Kami memperkirakan inflasi November sebesar 2,68% dari yoy, lebih rendah dibandingkan Oktober yang sebesar 2,86% yoy,” kata Tamara Mast Henderson, Ekonom Bloomberg Economics.
Menurut Riset Permata Institute for Economic Research (PIER), volatilitas harga pangan diperkirakan relatif stabil dengan adanya intervensi harga dari pemerintah. “Inflasi inti diperkirakan turun dari 0,39% mtm menjadi 0,11% mtm mencerminkan meredanya inflasi harga emas,” sebut laporan tersebut.
Inflasi bulan ini lebih banyak dipengaruhi risiko domestik, lantaran kebijakan fiskal dan moneter yang ekspansif. Meski demikian, inflasi diperkirakan tetap terkendali dengan adanya ekspektasi harga emas yang akan kembali normal.
Meski inflasi inti diprediksi turun, kenaikan harga musiman dan konsumsi akhir tahun dapat mengimbangi penurunan ini.
(dsp/aji)































