"Dengan adanya ini, kemungkinan ke depan data centernya berbasis AI, di mana AI membutuh kan enegi dan water [air]," tutur dia.
Adapun, jaringan super grid tersebut nantinya akan menyasar lewat Pulau Sumatera hingga Nusa Tenggara. Rencana itu sejalan dengan rencana pemerintah untuk membentuk trilateral zone dengan Singapura dan Johor terkait dengan industri pusat data.
Tetapi, kata Airlangga, pemerintah hingga saat ini masih mengkaji ihwal sejumlah opsi pembiayaan green super grid dengan kebutuhan investasi yang terbilang besar.
Dia mencontohkan, pemerintah tengah membuka peluang pendanaan dari lender global serta skema carbon pricing dan taksonomi hijau. “Kebutuhan pembiayaan transmisi tidak murah, selalu menjadi tantangan dalam setiap COP,” kata dia, dalam kesempatan terpisah, belum lama ini.
Nongsa Digital Center sendiri merupakan wilayah pusat pengembangan data center dengan luas skitar 166,5 hektare (ha) yang telah diresmikan pemerintah sejak Maret 2018 lalu, lewat kerja sama Indonesia dengan Singapura.
Pada 2020, wilayah tersebut resmi menjadi kawasan ekonomi khusus (KEK), yang memungkinan menerima berbagai insentif pajak hingga kemudahan izin oleh pemerintah.
Hingga saat ini, kawasan itu telah diduduki oleh beberapa perusahaan seperti Data Center Global Data Solution (GDS) milik perusahaan Tiongkok dan Data Center First Nongsa One milik perusahaan Singapura, hingga BW Digital.
Secara total, nilai investasi di kawasan tersebut mencapai sekitar Rp39 triliun.
(lav)

































