Logo Bloomberg Technoz

Kondisi tersebut, lanjutnya, mendorong kerentanan terhadap kecemasan, depresi, dan berbagai masalah kesehatan mental lainnya.

Dr. Zulivia menyebut bahwa semakin banyak remaja yang mengakses layanan kesehatan mental, meski mayoritas mencari informasi melalui media sosial sebelum datang ke tenaga profesional. 

Mengenai rentang usia penelitian, ia menjelaskan bahwa kategori remaja berada pada usia 13–18 tahun, namun kelompok adolescents dapat meluas hingga usia 24–25 tahun. “Di dalam penelitian itu yang diikutkan dari 13–24 tahun,” kata Dr. Zulivia.

Terkait korelasi penurunan fungsi kognitif dan bullying, ia menegaskan bahwa belum ada bukti hubungan sebab-akibat langsung. Meski begitu, dugaan kaitannya kuat karena fungsi kognitif memiliki peran penting dalam mengendalikan impuls. “Sepertinya ada kaitan, tapi kita butuh research lebih lanjut untuk melihat korelasi secara langsung,” tegasnya.

Di sisi lain, Ketua Bidang Humas, Media dan Masyarakat, Psikolog HIMPSI, Samanta Elsener, menambahkan bahwa faktor relasi keluarga memainkan peran besar dalam perkembangan remaja. 

Menurutnya, fenomena serial adolescence yang terlihat di berbagai negara juga terjadi di Indonesia, di mana media sosial menjadi ruang besar yang membentuk perilaku dan eksposur remaja. “Fenomena perekrutan apa pun itu sekarang memang dilakukan di social media,” ujar Samanta.

Ia juga menyoroti lemahnya kemampuan sosial generasi Gen Z yang tumbuh bersamaan dengan perkembangan digital pesat. “Social skills-nya anak-anak itu tidak terlatih dengan optimal. Apalagi pandemi,” ujarnya.

Samanta menyebut banyak kasus self-harm muncul akibat paparan konten negatif, meski telah melalui proses moderasi platform.

Samanta menegaskan perlunya peran aktif orang tua dalam memberikan pendampingan emosional, sesuatu yang sering kali tidak terjadi karena kesibukan atau kurangnya literasi kesehatan mental. “Banyak di sekolah yang sampai rumah aja orang tuanya udah capek. Jadi gimana mau akses konten-konten seperti itu,” ucapnya.

Para ahli menekankan bahwa peningkatan literasi kesehatan mental, keterampilan sosial, serta penguatan hubungan anak–orang tua menjadi kunci mengurangi risiko penurunan fungsi kognitif dan perilaku bullying yang meningkat pada remaja.

(dec)

No more pages