Penguatan tipis ini belum mampu mendongkrak kinerja rupiah terhadap dolar secara signifikan dibanding mata uang Asia lainnya seperti dolar Singapura, misalnya.
Bayang-bayang sentimen negatif masih menghantui kinerja rupiah, lantaran indikator kinerja makro ekonomi masih kurang solid. Seperti defisit Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) 2025 yang per akhir Oktober tercatat 2,02% terhadap Produk Domestik Bruto (PDB). Lebih dalam ketimbang 1,56% PDB pada September.
Mengutip riset Mega Capital Sekuritas, meski likuiditas longgar, sayangnya penyaluran kredit pinjaman masih tetap lesu. Terlihat dari data pertumbuhan kredit perbankan turun lebih rendah dari 7%.
“Sayangnya, rilis data jumlah uang beredar yang mencakup kredit perbankan dan dana pihak ketiga mengindikasikan respons yang kurang antusias dari para pebisnis swasta,” kata Lionel Priyadi, Analis Mega Capital Sekuritas, dalam risetnya.
(riset)






























