Logo Bloomberg Technoz

Namun jikalau rupiah kembali melemah, maka target support terdekat adalah Rp16.770/US$. Penembusan di titik ini berisiko melongsorkan mata uang Ibu Pertiwi ke level Rp16.800/US$.

Dolar AS Mulai Lesu

Rupiah mendapat angin segar dari kelesuan dolar AS. Pada perdagangan kemarin, Dollar Index (yang mengukur posisi greenback di hadapan 6 mata uang utama dunia) melemah 0,07% ke 100,158. Memutus laju penguatan signifikan hari sebelumnya.

Pagi ini, DXY masih terjerembab di zona merah, dengan melemah 0,02% di posisi 100,136.

Kelesuan dolar AS datang usai Anggota Dewan Gubernur Federal Reserve Stephen Miran menegaskan kembali pandangannya– kebijakan moneter saat ini sangat ketat dan para pejabat perlu mengarahkan suku bunga mendekati tingkat netral,  yaitu level yang tidak lagi memperlambat maupun mendorong perekonomian.

“Saya rasa sudah menjadi kewajiban bagi kami untuk menggerakkan kebijakan lebih dekat ke tingkat netral, di mana kebijakan tersebut tidak lagi memberikan tekanan yang begitu besar pada perekonomian,” kata Miran pada Kamis, mengutip Bloomberg News.

Miran berbicara dalam sebuah acara di New York yang diselenggarakan oleh American Investment Council.

Sebelumnya, Miran telah menyampaikan bahwa menurutnya akan tepat untuk menurunkan suku bunga ketika para pejabat menggelar pertemuan kebijakan berikutnya pada 9–10 Desember.

Sentimen Dalam Negeri

Pasar juga mencermati data Neraca Pembayaran Indonesia (NPI) periode Kuartal III-2025 oleh Bank Indonesia (BI). NPI secara umum mengalami defisit, tetapi kabar baiknya transaksi berjalan (current account) mencatat surplus.

Pada Kamis, BI mengumumkan NPI Indonesia pada kuartal III-2025 membukukan defisit US$6,4 miliar. Sedikit membaik ketimbang kuartal sebelumnya yang minus US$6,7 miliar.

Dari sisi pembentuknya, transaksi berjalan tercatat surplus US$4 miliar atau 1,1% dari Produk Domestik Bruto (PDB). Ini menjadi surplus pertama sejak Kuartal I-2023 atau lebih dari dua tahun.

“Surplus neraca perdagangan barang meningkat, disumbang terutama oleh kenaikan surplus neraca perdagangan non-migas. Defisit neraca jasa menurun seiring kenaikan jumlah kunjungan wisatawan mancanegara ke Indonesia.

“Selain itu, neraca pendapatan primer mencatat defisit yang lebih rendah disebabkan oleh penurunan pembayaran imbal hasil investasi asing seiring dengan telah berlalunya periode pembayaran dividen dan bunga/kupon. Di sisi lain, defisit neraca perdagangan migas meningkat sejalan dengan kenaikan harga minyak global,” jelas laporan BI.

Dalam paparan BI, investasi langsung tetap membukukan surplus sebagai cerminan dari terjaganya persepsi positif investor terhadap prospek perekonomian dan iklim investasi domestik.

(fad/aji)

No more pages