Logo Bloomberg Technoz

Juli mengatakan perseroannya relatif siap untuk mengesekusi rencana kerja sama jual beli listrik antara Indonesia dengan Singapura tersebut.

Di sisi lain, dia menambahkan, perseroannya turut mengkaji peningkatan kapasitas setrum untuk PLTS terapung Tembesi tersebut.

“Kami sebagai investor siap saja, kalau memang sudah ada peraturan yang jelas dan return-nya jelas,” tuturnya.

Sinyal Bahlil

Sebelumnya, Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Bahlil Lahadalia melempar sinyal kesepakatan ekspor listrik bersih ke Singapura bakal diteken dalam waktu dekat.

Bahlil mengisyaratkan lobi-lobi jual beli listrik antar kedua negara telah cair, lantaran kepentingan kedua belah pihak sudah terakomodasi.

“Kita sudah menandatangani MoU, kesepakatan yang sebentar lagi terjadi,” kata Bahlil di Jakarta, Jumat (10/10/2025).

Menteri ESDM Bahlil Lahadalia meninjau langsung Latihan TNI Terintegrasi di Bangka Belitung (Instagram @bahlillahadalia)

Bahlil mengatakan pemerintah telah menyetujui sejumlah komitmen investasi yang disampaikan Singapura, yang menjadi bagian dari syarat ekspor listrik energi baru terbarukan (EBT) tersebut.

Sejumlah komitmen investasi Singapura itu di antaranya pembangunan kawasan industri hijau berkelanjutan di Kepulauan Riau yakni Batam, Bintan, Karimun dengan nilai investasi di atas US$10 miliar. 

Di sisi lain, pemerintah Singapura meminta Indonesia untuk bisa menerima proyek tangkap-simpan karbon atau carbon capture storage (CCS). 

“Kita ekspor listrik ke sana dengan saling menghargai izin dan regulasi di masing-masing negara,” kata dia.

Bahlil telah meneken Memorandum of Understanding (MoU) dengan Menteri Tenaga Kerja dan Menteri Kedua Bidang Perdagangan dan Industri Singapura, Tan See Leng ihwal kerja sama jual beli listrik tersebut di Jakarta, Jumat (13/6/2025).

Potensi kerja sama kedua negara itu meliputi Zona Industri Berkelanjutan; Interkoneksi dan Perdagangan Listrik Lintas Batas, Teknologi Energi Terbarukan dan Rendah Karbon, serta Efisiensi dan Konservasi Energi; dan Kerja Sama dalam Penangkapan dan Penyimpanan Karbon Lintas Batas. 

Adapun nilai investasi proyek tersebut di luar pembangunan kawasan industri lebih dari US$10 miliar. Bahlil menegaskan kawasan industri di Riau nantinya akan dibangun seperti Malaysia dan Singapura. 

Adapun kapasitas ekspor listrik EBT lintas batas ke Singapura diperkirakan mencapai 3,4 gigawatt (GW).

Untuk memenuhi permintaan tersebut, Kementerian ESDM memperkirakan akan membutuhkan 18,7 GW produksi panel surya dan 35,7 GWh produksi baterai.

Potensi investasi diestimasi mencapai US$30 miliar sampai dengan US$50 miliar untuk pembangkit panel surya dan US$2,7 miliar untuk manufaktur panel surya dan battery energy storage system (BESS). 

Perdagangan listrik lintas batas ini juga diperkirakan dapat mendatangkan potensi penambahan devisa US$4 miliar - US$ 6 miliar per tahun dan penambahan penerimaan negara US$210 juta-US$600 juta per tahun, serta lapangan kerja baru 418.000 pekerja dari manufaktur, konstruksi, operasi, dan pemeliharaan panel surya dan BESS.

(naw)

No more pages