"Selain itu, neraca pendapatan primer mencatat defisit yang lebih rendah disebabkan oleh penurunan pembayaran imbal hasil investasi asing seiring dengan telah berlalunya periode pembayaran dividen dan bunga/kupon. Di sisi lain, defisit neraca perdagangan migas meningkat sejalan dengan kenaikan harga minyak global," jelas laporan BI.
Kemudian transaksi modal dan finansial menjadi pemberat dengan defisit US$ 8,1 miliar. Utamanya disebabkan oleh arus keluar (capital outflow) investor asing di pasar surat utang alias obligasi.
"Investasi langsung tetap membukukan surplus sebagai cerminan dari terjaganya persepsi positif investor terhadap prospek perekonomian dan iklim investasi domestik. Investasi portofolio mencatat defisit terutama didorong oleh aliran keluar modal asing dalam bentuk surat utang. Selain itu, investasi lainnya juga mencatat defisit dipengaruhi terutama oleh kenaikan pembayaran pinjaman sektor swasta," tambah laporan BI.
Sepanjang 2025, BI memperkirakan kinerja NPI tetap berdaya tahan. Ditopang oleh surplus neraca perdagangan non-migas dan arus masuk penanaman modal asing yang diperkirakan terus berlanjut.
"Bank Indonesia senantiasa mencermati dinamika perekonomian global yang dapat memengaruhi prospek NPI dan terus memperkuat respons bauran kebijakan yang didukung sinergi kebijakan yang erat dengan pemerintah dan otoritas terkait, guna memperkuat ketahanan sektor eksternal," demikian laporan BI.
(aji)





























