"Meskipun catatan paleo menunjukkan beberapa penyusutan yang sangat cepat di masa lalu, laju penyusutan Gletser Hektoria dan tetangganya belum pernah terjadi sebelumnya dalam catatan observasi modern," kata Luckman.
Kecepatan dan skala keruntuhan Gletser Hektoria, yang ukurannya sedikit lebih kecil dari kota Austin, Texas, ini menjadi peringatan serius. Peneliti kini dapat menggunakan peristiwa ini sebagai panduan untuk mengidentifikasi gletser lain dengan kerentanan serupa di Antartika. Peristiwa serupa pada gletser yang lebih besar berpotensi secara signifikan mempercepat laju kenaikan permukaan laut global.
"Ini adalah babak terbaru dalam rangkaian peristiwa yang dimulai dengan runtuhnya Lapisan Es Larsen B 23 tahun yang lalu, menandai peristiwa yang mengubah lanskap yang menawarkan wawasan tentang potensi laju penyusutan gletser di masa mendatang di tempat lain di Antartika," tambah Luckman.
Bukti Satelit Konfirmasi Kontribusi Kenaikan Muka Air Laut
Tim peneliti menggunakan kombinasi data satelit dan pengukuran seismik untuk memeriksa kerusakan gletser secara rinci. Analisis tersebut mengonfirmasi keberadaan dataran es dan menyoroti betapa mudahnya gletser dapat mundur ketika terpapar gaya dorong oleh laut.
Perangkat seismik juga mendeteksi gempa bumi gletser–getaran kecil yang disebabkan oleh pergeseran es yang tiba-tiba (ice quakes). Sinyal-sinyal tersebut mengindikasikan bahwa es masih terdampar pada saat surut, yang berarti bahwa hilangnya es ini berkontribusi secara langsung pada kenaikan muka air laut global.
Dr. Ted Scambos, ilmuwan dan peneliti senior di Pusat Ilmu Bumi dan Observasi CU Boulder, memperingatkan bahwa penurunan secepat kilat seperti ini dapat mengubah proyeksi kenaikan muka air laut.
"Penurunan secepat kilat seperti ini benar-benar mengubah apa yang mungkin terjadi pada gletser lain yang lebih besar di benua ini," kata Scambos. "Jika kondisi yang sama terjadi di beberapa area lain, hal itu dapat mempercepat kenaikan muka air laut dari benua ini."
(fik/wep)
