Sepanjang tahun, investor institusi menjadi penopang utama legitimasi dan harga Bitcoin. Kelompok ETF mengalirkan dana lebih dari US$25 miliar, menurut data Bloomberg, dan mendorong aset mencapai sekitar US$169 miliar. Aliran alokasi dana yang stabil dari institusi tersebut membantu mengubah citra Bitcoin sebagai aset diversifikasi portofolio—sebagai pelindung terhadap inflasi, penurunan nilai mata uang, dan kekacauan politik. Namun, narasi tersebut—yang memang selalu rentan—kini mulai terkikis kembali, membuat pasar terekspos pada masalah yang lebih senyap namun tak kalah mengganggu: yaitu disengagement atau penarikan diri (ketidaklibatan) investor.
“Penurunan ini merupakan perpaduan antara aksi ambil untung oleh LTH, keluarnya dana institusi, ketidakpastian makro, dan posisi long leverage yang terhapus,” kata Jake Kennis, analis riset senior di Nansen. “Yang jelas, pasar untuk sementara memilih arah turun setelah periode konsolidasi yang panjang.”
Salah satu contoh paling mencolok dari berhentinya aksi beli datang dari Strategy Inc, perusahaan perangkat lunak milik Michael Saylor yang berubah menjadi pengumpul Bitcoin. Pernah menjadi simbol investasi kripto oleh kas perusahaan, harga sahamnya kini mendekati nilai kepemilikan Bitcoin perusahaan — tanda bahwa investor tak lagi bersedia membayar premi untuk model leverage berkeyakinan tinggi ala Saylor.
Siklus naik-turun tajam telah menjadi pola tetap sejak Bitcoin mencuri perhatian publik pada 2017 dengan kenaikan lebih dari 13.000%, yang kemudian disusul penurunan hampir 75% pada tahun berikutnya.
“Sentimen investor ritel kripto saat ini cukup negatif,” ujar Hougan, yang melihat koreksi ini sebagai peluang beli. “Mereka tidak ingin mengalami penurunan 50% lagi. Banyak yang memilih keluar lebih dulu sebelum itu terjadi.”
Sepanjang tahun, Bitcoin telah beberapa kali mengguncang investor, sempat jatuh hingga US$74.400 pada April ketika Trump mengumumkan tarifnya, kemudian bangkit ke rekor baru sebelum kembali melemah belakangan ini. Aset digital pertama ini menyumbang hampir 60% dari total nilai pasar kripto yang mencapai sekitar US$3,2 triliun.
Pelemahan pasar bahkan lebih terasa pada token-token kecil yang kurang likuid, yang biasanya diminati trader karena volatilitas tinggi dan kecenderungan unggul saat reli. Indeks MarketVector yang melacak separuh terbawah dari 100 aset digital terbesar turun sekitar 60% tahun ini.
“Pasar selalu bergerak naik-turun, dan siklus dalam kripto bukan hal baru,” kata Chris Newhouse, direktur riset di Ergonia, perusahaan yang fokus pada keuangan terdesentralisasi. Namun “dari percakapan dengan teman, grup Telegram, hingga konferensi, sentimen umum yang saya tangkap menunjukkan skeptisisme terhadap penempatan modal, dan tidak ada katalis bullish alami.”
(bbn)

































