Taruna juga meminta masyarakat tetap tenang dan tidak terpancing kepanikan. Ia menegaskan pemerintah akan memaksimalkan seluruh langkah perlindungan terhadap warga di sekitar lokasi paparan.
“Enggak usah terlalu ragu-ragu. Pemerintah, termasuk Badan POM, akan betul-betul maksimal untuk melindungi masyarakat. Enggak usah takut, enggak usah bikin kegaduhan,” ujarnya.
Sebelumnya, dugaan paparan Cs-137 ini muncul setelah dua kontainer produk alas kaki asal Indonesia dikembalikan oleh otoritas Amerika Serikat karena diduga terkontaminasi bahan radioaktif. Sepatu-sepatu tersebut diketahui berasal dari pabrik di kawasan Cikande, Banten, yang di belakangan juga ditemukan menyimpan besi tua yang mengandung Cs-137.
Ahli Epidemiologi dan Kesehatan Lingkungan Universitas Griffith, Dr. Dicky Budiman, PhD, menjelaskan bahwa Cs-137 merupakan isotop hasil peluruhan nuklir yang sangat berbahaya bagi manusia. “Kalau dosis tinggi dan akut, efeknya bisa muncul dalam hitungan jam hingga hari. Gejalanya seperti mual, muntah, diare, gangguan sumsum tulang, infeksi, hingga kegagalan organ,” ujar Dicky kepada Bloomberg Technoz.
Menurutnya, paparan jangka panjang dalam dosis menengah atau rendah pun bisa menimbulkan efek kronis yang tak kalah serius. “Efeknya bersifat akumulatif dan meningkatkan risiko kanker, seperti kanker tiroid, payudara, paru, atau leukemia. Bahkan bisa mengganggu fungsi reproduksi,” jelasnya.
Efek laten ini dapat muncul lima hingga dua puluh tahun setelah terpapar.
Pandangan Beda Wamenkes
Di sisi lain, Wakil Menteri Kesehatan (Wamenkes) Benjamin Paulus Octavianus menunjukkan sudut pandang berbeda. Dia memastikan paparan radioaktif Cesium-137 (Cs-137) yang ditemukan di kawasan industri Cikande, Serang, Banten, belum menimbulkan risiko kesehatan berat bagi masyarakat.
Meski demikian, ia tetap menjaga pentingnya kewaspadaan dan pengawasan keberlanjutan terhadap limbah industri yang berpotensi menimbulkan pencemaran lingkungan.
“Yang jelas dosis yang ada belum menyebabkan nyawa melayang. Kalau dosisnya berbahaya, pasti sudah ada korbannya,” ujar Benjamin di Jakarta, Kamis (13/11).
(dec/del)





























