“Kalau joint study kan siapapun berminat boleh masuk. Shell masuknya di joint study. Baru mengusulkan, kan belum di-approve,” tuturnya.
Sebelumnya, SKK Migas mengungkapkan kepastian WK migas yang diminati Shell untuk dilakukan eksplorasi akan diumumkan pada November 2025.
Pengumuman akan dilakukan setelah SKK Migas melakukan pertemuan lanjutan dengan raksasa migas Inggris tersebut.
Kepala Divisi Program dan Komunikasi SKK Migas Heru Setyadi menjelaskan tim teknis Shell saat ini masih mengevaluasi sejumlah WK migas yang potensial di Indonesia. Akan tetapi, dia enggan mengungkapkan WK mana saja yang tengah dipertimbangkan oleh Shell.
Hasil dari evaluasi itu, menurut dia akan diumumkan setelah SKK Migas dan Shell Plc melakukan pertemuan lanjutan pada bulan depan.
“Bulan November SKK Migas berencana melakukan engagement lanjutan dari pertemuan sebelumnya,” kata Heru kepada Bloomberg Technoz, Senin (13/10/2025).
“Kami akan melakukan update setelah pertemuan November nanti, terkait dengan specific area of interest dari Shell,” tegas Heru.
Sekadar informasi, Kufpec sendiri disebut bakal mendorong monetisasi awal cadangan minyak yang tersimpan di Blok Natuna D-Alpha, sebelum mulai mengembangkan cadangan gas berlimpah di kawasan tersebut.
Rencana pengembangan itu dilakukan untuk menjaga arus kas konsorsium di tengah risiko tinggi monetisasi cadangan gas di blok tersebut.
“Itu skenario yang paling tepat saat ini dikembangkan lebih duluan minyaknya,” kata sumber Bloomberg Technoz yang mengetahui perkembangan proyek Natuna D-Alpha, belum lama ini.
Berdasarkan data Kementerian ESDM, Lapangan Natuna D-Alpha memiliki potensi kandungan gas mencapai 222 triliun kaki kubik atau trillion cubic feet (TCF).
Hanya saja, lapangan itu turut mencatat kandungan karbondioksida (CO2) yang tinggi mencapai 71%. Konsekuensinya, kandungan gas yang bisa dieksploitasi kemungkinan hanya sekitar 46 TCF.
Hanya saja, sumber tersebut enggan membeberkan potensi cadangan minyak yang bisa diangkut dari Natuna D-Alpha lantaran masih bersifat rahasia.
Rencanannya, calon WK itu bakal masuk pada putaran lelang kedua tahun ini.
Sebagai catatan, Shell pernah terlibat di industri hulu migas Indonesia sebagai pemegang hak partisipasi atau participating interest (PI) proyek Abadi Masela; ladang gas alam cair atau liquefied natural gas (LNG) raksasa di wilayah Tanimbar, Maluku.
Di Blok Masela, Shell bersama Inpex Corporation (Inpex) sebelumnya setuju untuk membangun fasilitas LNG dengan kapasitas tahunan sebesar 9,5 juta ton dalam kontrak pemulihan biaya senilai sekitar US$20 miliar.
Akan tetapi, pada 2020, Shell memutuskan untuk keluar dari proyek tersebut dengan menjual 35% hak partisipasinya seharga US$2 miliar.
Upaya Shell untuk melakukan divestasi dari Blok Masela sejak itu berlarut-larut, sehingga menciptakan ketidakpastian seputar kelanjutan pengembangan Lapangan Abadi yang menyimpan 360 miliar meter kubik gas itu.
(mfd/wdh)































