Logo Bloomberg Technoz

Ekonomi RI Kokoh di Q3, Ekonom Global: Stabilitas Terjaga

Redaksi
05 November 2025 13:56

Pertumbuhan Ekonomi Indonesia 2024 Tercatat 5,03% Lebih Rendah dari Target Pemerintah (Bloomberg/Diolah)
Pertumbuhan Ekonomi Indonesia 2024 Tercatat 5,03% Lebih Rendah dari Target Pemerintah (Bloomberg/Diolah)

Bloomberg Technoz, Jakarta - Perekonomian Indonesia mencatat pertumbuhan solid sebesar 5,04% secara tahunan (y/y) dan 1,43% secara kuartalan (q/q) pada kuartal III 2025. Meski sedikit lebih rendah dibandingkan 5,12% di kuartal sebelumnya, para ekonom menilai capaian ini menandakan kekuatan struktural yang berkelanjutan, bukan tanda perlambatan.

Menurut Shan Saeed, Global Chief Economist di Juwai IQI, performa ekonomi Indonesia saat ini menunjukkan karakteristik “mid-cycle consolidation” atau fase konsolidasi sehat di tengah siklus pertumbuhan yang tetap kuat.

“Ini bukan perlambatan, tapi konsolidasi sehat di tengah siklus ekonomi yang tetap konstruktif,” ujarnya, Rabu (5/11). “Indonesia sedang menunjukkan stabilitas struktural yang jarang dimiliki negara berkembang lain di kawasan.”

Saeed memperkirakan pertumbuhan ekonomi Indonesia akan tetap berada pada kisaran 5,0% hingga 5,8% sepanjang 2025. Ia menilai disiplin fiskal dan moneter menjadi kunci yang menjadikan Indonesia sebagai “jangkar ketenangan makroekonomi” di kawasan ASEAN.

Shan Saeed, Chief Economist Juwai IQI Global (Dok. Ist)

Indikator utama menunjukkan bahwa ekonomi nasional siap berakselerasi di akhir tahun. PMI manufaktur naik ke level 51,2 pada Oktober, memperpanjang fase ekspansi selama 25 bulan berturut-turut, menandakan peningkatan pesanan baru dan aktivitas ekspor yang sehat.

Surplus perdagangan juga mencatat rekor luar biasa, dengan nilai USD 3,2 miliar pada September, menandai 65 bulan berturut-turut posisi neraca positif. Ekspor logam penting untuk rantai pasok kendaraan listrik seperti nikel, tembaga, dan kobalt menjadi penopang utama kinerja tersebut.

Sektor pariwisata turut menunjukkan pemulihan signifikan. Jumlah wisatawan mancanegara mencapai 11,2 juta pada Januari–September 2025, melampaui total 2023, dan diperkirakan menembus 14 juta di akhir tahun. Sektor ini diproyeksikan berkontribusi 1,2 poin persentase terhadap PDB jasa.

Selain itu, Indeks Penjualan Ritel tumbuh 3,1% y/y pada September dengan inflasi yang stabil di 2,86% pada Oktober, memperlihatkan bahwa daya beli masyarakat tetap kuat.

“Dengan PMI di atas 50, surplus perdagangan yang berkelanjutan, dan momentum pariwisata akhir tahun, saya memperkirakan PDB kuartal IV bisa mendekati 5,5–5,6%. Indonesia masih berada di jalur pertumbuhan yang sehat,” kata Saeed.

Konsumsi dan Ekspor: Mesin Ganda Pertumbuhan

Saeed menilai konsumsi domestik dan ekspor menjadi dua mesin utama penggerak ekonomi Indonesia. Konsumsi rumah tangga, yang menyumbang lebih dari 53% PDB, terus menunjukkan ketahanan, terlihat dari Indeks Keyakinan Konsumen yang berada di level 103,2 pada September.

Momentum konsumsi diperkirakan meningkat menjelang akhir tahun berkat musim liburan dan bonus tahunan. Di sisi eksternal, ekspor naik 11,4% y/y pada September menjadi USD 23,7 miliar, ditopang oleh kenaikan ekspor bahan bakar mineral (+18%), besi dan baja (+15%), serta mesin (+12%).

Sementara impor yang naik 7,2% y/y menandakan aktivitas produksi dan investasi yang terus tumbuh. Nilai tukar rupiah stabil di sekitar Rp 15.350 per dolar AS, relatif lebih kuat dibandingkan mata uang lain di kawasan.

“Semua kredit patut diberikan kepada Bank Indonesia,” tegas Saeed. “BI telah berhasil menjaga stabilitas struktural rupiah tanpa menekan pertumbuhan kredit.”

Sinergi Kebijakan Jadi “Senjata Rahasia” Ekonomi RI

Salah satu kekuatan tersembunyi ekonomi Indonesia, menurut Saeed, adalah sinergi antara kebijakan fiskal dan moneter. Defisit fiskal yang hanya 1,9% dari PDB mencerminkan disiplin anggaran yang kuat, sementara realisasi belanja infrastruktur mencapai 75,3% hingga September, yang diharapkan mendorong efek pengganda di kuartal IV.

Dari sisi moneter, suku bunga BI7DRR sebesar 6,00% mampu menjaga stabilitas rupiah tanpa mengganggu likuiditas. Pertumbuhan kredit 9,4% y/y menandakan kebijakan BI tetap pro-pasar dan mendukung ekspansi ekonomi.

“Kombinasi kebijakan fiskal yang disiplin dan moneter yang kredibel adalah senjata rahasia Indonesia,” ujar Saeed. “Sinergi keduanya menciptakan bantalan kebijakan yang memperkuat ketahanan ekonomi sekaligus menarik arus investasi asing langsung dan portofolio.”

Saeed merekomendasikan investor global untuk tetap taktis menghadapi Q4 2025 hingga Q1 2026. Sektor keuangan dan perbankan diprediksi diuntungkan oleh peningkatan rasio CASA dan pendapatan berbasis fee. Sementara sektor konsumer dan ritel akan terdorong oleh daya beli yang kuat dan harga pangan yang stabil, termasuk penurunan harga cabai (-8% m/m) dan ayam broiler (-6% m/m).

Sektor infrastruktur dan logistik mendapat dorongan dari realisasi belanja modal pemerintah, sementara logam dan energi, terutama nikel matte, tembaga katoda, dan kobalt sulfat, tetap menjadi penopang ekspor jangka menengah.

Menutup analisanya, Saeed menegaskan bahwa narasi makroekonomi Indonesia tetap konstruktif dan kredibel. Pertumbuhan sekitar 5,1% year-to-date (YTD) dengan potensi akselerasi ke 5,5–5,6% pada kuartal akhir. Inflasi yang terjaga di 2,86%, rupiah yang stabil di Rp 15.300–15.400/USD, serta defisit fiskal di bawah 2% PDB, semuanya menegaskan disiplin ekonomi nasional.

“Stabilitas adalah strategi Indonesia, dan pertumbuhan adalah hadiahnya,” tegas Saeed. “Dalam dunia yang dipenuhi ketidakpastian dan volatilitas modal, Indonesia tetap menjadi jangkar makroekonomi Asia Tenggara.”