Dia mengatakan PLN IP akan berinvestasi bersama dengan mitra asing di proyek tersebut, dengan komposisi kepemilikan saham oleh PLN IP sebesar 51% sedangkan sisanya oleh pihak mitra.
Bernadus mengungkapkan, sejumlah mitra yang digadang-gadang akan bergabung dalam proyek tersebut yakni; Golden Concord Limited (GCL) dari China, Vena Energy dari AS, serta Masdar dan ACWA Power dari Arab Saudi.
Bangun Pabrik
Dalam kesempatan itu, Bernadus juga menyatakan PLN IP sudah bekerja sama dengan investor asal China untuk membangun pabrik panel surya dengan kapasitas 1 gigawatt (GW).
Bernadus menyatakan pembangunan pabrik tersebut dilakukan untuk mempersiapkan kenaikkan penggunaan panel surya, yang menurutnya akan terjadi gegara tarif listrik dari PLTS sudah semakin kompetitif yakni sekitar US$4–6 sen per kilowatt hour (kWh)
“Pembangunan ini dilakukan bersama first-tier manufacturer dari Tiongkok. Diharapkan, pabrik ini menjadi katalis agar ketika momentum datang, kita dapat mempercepat pembangunan,” ucap dia.
“Dan tampaknya momentum itu mulai hadir, karena saat ini tarif listrik dari solar farm sudah berada di kisaran US$4–6 sen per kWh, dan dengan kandungan lokal sekitar US$6 sen. Artinya, kita memiliki peluang besar untuk tumbuh dari sisi investasi solar farm,” lanjut Bernadus.
Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) melaporkan realisasi penggunaan pembangkit listrik tenaga surya (PLTS) atap hingga Juli 2025 mencapai 538,46 megawatt peak (MWp).
Direktur Aneka Energi Baru dan Terbarukan Direktorat Jenderal Energi Baru Terbarukkan dan Konservasi Energi (EBTKE) Kementerian ESDM Andriah Feby Misna menjelaskan, total kapasitas terpasang PLTS atap tersebut tersebar pada 10.882 pelanggan PT PLN (Persero).
Sementara itu, pada Juni 2025 kapasitas terpasang PLTS atap tercatat sebesar 495 MWp yang terinstalasi untuk sekitar 10.700 pelanggan PLN.
Dengan begitu, secara bulanan realisasi penggunaan PLTS atap tumbuh 8,78% per Juli 2025 menjadi 538,46 MWp dan jumlah pelanggannya tumbuh 1,7% secara bulanan menjadi 10.882 pelanggan.
“Nah, dari sisi pemerintah sendiri beberapa program yang kita dorong untuk pengembangan PLTS ini adalah yang pertama sekali PLTS atap, dengan memanfaatkan atap-atap yang idle untuk kita pasang dengan PLTS,” kata Andriah dalam taklimat media yang diselenggarakan daring, Selasa (2/9/2025).
Andriah menyebut masih terdapat sejumlah calon pelanggan yang mengantre memasang PLTS atap. Dengan begitu, dia berharap total kapasitas terpasang PLTS atap pada tahun ini bisa mencapai 1 gigawatt (GW).
“Nah, harapan kami mudah-mudahan, karena ini cukup banyak yang masih berada di pipeline yang dalam proses penyelesaian, mudah-mudahan harapan kami pada tahun ini untuk PLTS atap ini bisa mencapai 1 gigawatt untuk PLTS atap itu sendiri, di luar dari PLTS-PLTS lainnya,” tegas dia.
Dalam bahan paparannya, dijelaskan bahwa hingga 2028 pemerintah menargetkan kapasitas terpasang PLTS atap bisa mencapai 2 GW di seluruh Indonesia.
Perinciannya, pemerintah menargetkan 95 MW di Sumatra, 104 MW di Kalimantan, 1,85 GW di Jawa, Madura, Bali (Jamali), 17 MW di Sulawesi, serta 7 MW di Maluku, Papua, dan Nusa Tenggara (Mapana)
Untuk diketahui, Kementerian ESDM melaporkan total kapasitas terpasang energi baru terbarukan (EBT) baru mencapai 15,2 GW atau 14,5% dari total pembangkit nasional.
Realisasi pembangkit EBT terpasang itu terpaut jauh dari target yang dicanangkan pemerintah mencapai 23% sampai akhir tahun ini.
Adapun, penambahan kapasitas terpasang EBT sepanjang Januari sampai dengan Juni 2025 sebesar 876,5 MW, naik 15% dibandingkan dengan penambahan kapasitas EBT untuk keseluruhan tahun 2024 di level 761,9 MW.
Sejumlah proyek EBT yang telah beroperasi komersial atau commercial operation date (COD) pada paruh pertama tahun ini di antaranya PLTP Lumut Balai dan PLTP Ijen serta PLTP Gunung Salak. Total kapasitas setrum dari pembangkit panas bumi itu mencapai 105,2 MW.
Selanjutnya, PLTA Merangin dengan tambahan kapasitas listrik 492 MW. Terdapat tambahan 8,2 MW dari PLTM Merangin dan PLTM Kanzy.
Sementara itu, terdapat tambahan listrik 233,3 MW dari pembangkit listrik tenaga surya (PLTS) tersebar di seluruh wilayah Indonesia.
Adapun, terdapat COD sejumlah pembangkit listrik tenaga biomassa (PLTBm) yang tersebar di Riau, Jambi, Sumatra Selatan, Sumatra Utara, Jawa Timur, Kalimantan Tengah, Kalimantan Selatan, Sulawesi Barat hingga Sulawesi Tengah, dengan kapasitas keseluruhan 37,8 MW.
(azr/wdh)
































