Gubernur BI Perry Warjiyo memandang penurunan suku bunga perbankan perlu didorong seiring dengan kondisi suku bunga acuan atau BI Rate yang sudah menurun hingga 150 basispoin (bps) sejak September 2024 dan ekspansi likuiditas moneter BI.
Dia menyebutkan penurunan suku bunga kredit perbankan berjalan sangat lambat, yaitu sebesar 15 bps dari 9,20% pada awal 2025 menjadi sebesar 9,05% pada September 2025. Dibanding penurunan BI-Rate sebesar 150 bps, suku bunga deposito 1 bulan hanya turun sebesar 29 bps dari 4,81% pada awal 2025 menjadi 4,52% pada September 2025.
"Ini terutama dipengaruhi oleh pemberian special rate (tingkat bunga spesial) kepada deposan besar yang mencapai 26% dari total DPK (dana pihak ketiga) bank," ungkap Perry dalam Konferensi Pers hasil Rapat Dewan Gubernur (RDG) BI, dikutip Kamis (23/10/2025).
Padahal, dalam perkembangannya, Suku bunga INDONIA sudah turun 204 bps dari 6,03% pada awal 2025 menjadi 3,99% pada 21 Oktober 2025. Selain itu, suku bunga Sekuritas Rupiah Bank Indonesia (SRBI) untuk tenor 6, 9, dan 12 bulan juga menurun masing-masing sebesar 251 bps, 254 bps, dan 257 bps sejak awal 2025 menjadi 4,65%, 4,67%, dan 4,70% pada 17 Oktober 2025.
Imbal hasil SBN untuk tenor 2 tahun bahkan telah menurun sebesar 218 bps dari 6,96% pada awal 2025 menjadi 4,78% pada 21 Oktober 2025, sementara untuk tenor 10 tahun menurun sebesar 132 bps dari tingkat tertinggi 7,26% pada pertengahan Januari 2025 menjadi 5,94%.
"Namun demikian, penurunan suku bunga perbankan masih berjalan lambat dan karenanya perlu dipercepat," tegas Perry.
(prc/way)

































