“Indikasi pemulihan konsumsi terlihat dari tren kenaikan inflasi. Inflasi diperkirakan terus meningkat dalam level yang terkendali hingga Desember, sebagai dampak dari kecenderungan peningkatan konsumsi masyarakat,” sebut riset Phintraco Sekuritas.
Dari sisi lapangan usaha, sektor manufaktur sebagai kontributor tertinggi di PDB berkinerja solid pada kuartal III-2025. Terlihat dari skor Purchasing Managers’ Index (PMI) yang di atas 50, sinyal ekspansi.
Sepanjang kuartal II-2025, rata-rata PMI manufaktur Indonesia adalah 50,37. Lebih tinggi ketimbang kuartal sebelumnya yakni 47.
Sementara Prompt Manufacturing Index Bank Indonesia (PMI-BI) berada di 51,66% pada kuartal III-2025. Juga lebih tinggi dibandingkan kuartal sebelumnya yang sebesar 50,89%.
"Kinerja PMI-BI pada triwulan III-2025 didorong oleh ekspansi pada mayoritas komponen yaitu Volume Produksi (52,63%), Volume Total Pemesanan (52,82%), dan Volume Persediaan Barang Jadi (52,68%). Komponen Kecepatan Penerimaan Barang Pesanan Input juga mengalami perbaikan meski masih berada di zona kontraksi," sebut laporan BI.
Faisal Rachman, Ekonom PT Bank Permata Tbk (BNLI), memperkirakan pertumbuhan ekonomi Tanah Air pada kuartal III-2025 bisa di atas 5% yoy. Tepatnya di 5,04% yoy.
"Pertumbuhan ekonomi di kisaran 5% mengindikasikan arah pertumbuhan ekonomi yang membaik," sebut Faisal dalam risetnya.
Untuk sepanjang 2025, Faisal memperkirakan pertumbuhan ekonomi berada di sekitar rata-rata 10 tahun terakhir yaitu 5%. Pertumbuhan ekonomi akan didorong oleh kebijakan pemerintah yang pro-growth.
"Konsumsi rumah tangga diperkirakan masih berada di momentum kenaikan seiring pemulihan di pasar tenaga kerja dan inflasi yang terkendali. Investasi juga kondusif dengan penurunan suku bunga," tambah Faisal.
Pandangan Bloomberg Economics
Ekonom Bloomberg Economics Tamara Mast Henderson menjadi salah satu pihak yang memperkirakan ekonomi Indonesia pada kuartal III-2025 tumbuh 5% yoy. Perlambatan dibandingkan kuartal II-2025 tersebut dipengaruhi oleh penurunan kinerja Penanaman Modal Tetap Bruto (PMTB) atau investasi dan ekspor.
Di sisi lain, lanjut Henderson, laju pertumbuhan ekonomi akan ditopang oleh belanja pemerintah. Usai aksi massa Agustus lalu, pemerintah merespons dengan mendongkrak belanja bantuan sosial dan berbagai stimulus fiskal.
“Namun secara umum, rumah tangga masih memilih untuk berhati-hati seiring kekhawatiran terhadap pasar tenaga kerja dan dampak kebijakan tarif di Amerika Serikat (AS),” tutur Henderson dalam risetnya.

- Dengan asistensi Ruisa Khoiriyah -
(aji)




























