"Jadi, kalo disampaikan istilahnya adalah bahwa dengan tidak pastinya ekonomi, lapangan kerja juga mungkin sedang penuh dengan tantangan ya, perusahaan-perusahaan itu juga sedang menghadapi tantangan, itu sehingga judol menjadi alternatif," terang Ides. 

Namun, lanjut dia, pihaknya mencoba untuk terus berjuang melawan judol. Menurut Ides, tidak bisa hanya pemerintah sendiri yang memberantasnya atau Kemkomdigi RI yang bertanggung jawab penuh atas semua peredaran konten yang ada di dunia digital. 

"Ini yang kami minta bantuan dari masyarakat untuk terus melaporkan dan juga bagaimana kita memastikan jangan terlibat judi online, karena sekali kita terlibat, sulit untuk melepaskan diri dari judi online. Karena judi online itu adalah permainan psikologis sebenarnya, bukan sekedar kebutuhan," kata dia. 

"Dan ini juga banyak laporan yang kita terima, kecanduan sampai habis semua, akhirnya berujung pada tindak pidana," imbuh Ides. 

(ell)