Logo Bloomberg Technoz

Soemitro juga menyoroti kebutuhan pembangunan pabrik pengolahan tebu di wilayah tersebut.

Dia memandang pemerintah harus membangun sekitar 100 pabrik gula skala sedang di Merauke, jika ingin mengolah hasil panen dari 2 juta ha lahan tebu.

Menurut dia, pabrik gula skala besar tak cocok dibangun di Merauke yang sebelumnya bukan wilayah basis produksi tebu. Sebab, jika tetiba terdapat gangguan panen maka pabrik tersebut tak dapat mengolah tebu dan justru tutup.

“Pabrik skala besar itu berat kalau bahan bakunya nggak terpenuhi dia langsung berhenti. Pabrik skala menengah aja kalau rutinitas masuk,” ucap dia.

Selain itu, Soemitro memandang infrastruktur pendukung di Merauke masih terbilang minim sehingga bisa menyulitkan proses distribusi.

“Saya sudah ke sana, bawanya ke sana itu pakai apa, jembatannya aja [rusak],” ungkap dia.

Tumpukan tebu./Bloomberg- Carla Gottgens

Sebelumnya, Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) menargetkan pabrik pengolahan tebu di Merauke, Papua Selatan dapat memproduksi etanol sebesar 150.000-300.000 kiloliter (kl) per tahun.

Direktur Jenderal Energi Baru Terbarukan dan Konservasi Energi (EBTKE) Kementerian ESDM Eniya Listiani menerangkan proyek itu masih dalam tahap proses pembukaan lahan.

Eniya enggan berkomentar terkait dengan sejumlah korporasi yang terlibat pada proyek pengolahan tebu menjadi etanol tersebut.

“Intinya di Papua kalau tidak salah, saya mendengarnya ada 300.000, 150.000 sampai 300.000 kiloliter ya, etanol per tahun,” kata Eniya kepada awak media di Hotel Pullman, Jakarta, Senin (6/10/2025).

Selain itu, Eniya mengatakan, kementeriannya tengah mempersiapkan sumber daya listrik untuk memasok kebutuhan pembangkit pabrik tersebut.

Kementerian ESDM menargetkan pembangunan pabrik pengolahan tebu itu rampung pada 2027. Rencanannya, pabrik itu akan mengolah tebu dari lahan seluas 2 juta ha yang masuk dalam Proyek Strategis Nasional (PSN) Kebun Tebu di Distrik Jagebob, Merauke.

Kementerian Investasi/Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) sempat membeberkan pembukaan lahan tebu baru di Merauke bakal menarik investasi 5 pabrik gula anyar.

Sementara itu, Deputi Bidang Pengendalian Pelaksanaan Penanaman Modal Kementerian Investasi/BKPM kala itu, Yuliot Tanjung mengatakan pemerintah telah mendatangkan sekitar 2 juta bibit tebu dari Australia. Bibit tersebut pun diklaim cocok dengan kondisi tanah di Merauke.

“Untuk bibit, diharapkan tingkat rendemen [tebu]-nya 12%—13%, dengan pengembangan bibit dalam negeri dan impor yang merupakan kerja sama dengan Sugar Research Australia,” kata Yuliot.

Pembukaan lahan 2 juta ha lahan tersebut sesuai dengan penugasan yang termaktub di dalam Keputusan Presiden (Keppres) No. 15/2024 tentang Satuan Tugas Percepatan Swasembada Gula dan Bioetanol di Kabupaten Merauke, Provinsi Papua Selatan.

Yuliot, yang kini menjabat sebagai Wakil Menteri ESDM, mengatakan megaproyek swasembada gula dan bioetanol tersebut membutuhkan investasi sekitar US$8 miliar atau sekitar Rp130 triliun, asumsi kurs saat ini.

(azr/naw)

No more pages