Pendanaan tersebut akan digunakan untuk penguatan bisnis organik maupun peluang ekspansi anorganik yang bersifat oportunistik.
Sebagai perusahaan publik, Toba memiliki sejumlah opsi pendanaan yang tengah dieksplorasi, antara lain melalui pembiayaan perbankan, penerbitan obligasi dan sukuk, serta potensi pendanaan strategis jika diperlukan.
“Kami cukup fleksibel dalam strategi pembiayaan. Pendekatannya menyesuaikan kebutuhan dan peluang yang ada,” kata Mirza.
Ia menjelaskan bahwa tantangan utama dalam bisnis pengelolaan limbah berada pada aspek operasional, mengingat tingginya intensitas penggunaan peralatan seperti insinerator dan armada truk. “Kami harus memastikan uptime dari insinerator dan truk-truk kami tetap stabil,” ujarnya.
Selain menjaga keandalan operasional, Toba juga fokus memperpanjang kontrak, memperbesar pangsa pasar, serta mengintegrasikan seluruh bisnis yang telah diakuisisi. “Pertumbuhan kami selama ini dilakukan melalui serangkaian akuisisi dan aktivitas organik. Sekarang kami sedang dalam tahap menjahit agar seluruh bisnis ini bisa terintegrasi dan nilai perusahaannya meningkat,” kata Mirza.
Toba juga tengah mengembangkan proyek pembangkit listrik tenaga surya (PLTS) terapung di Batam yang ditargetkan mencapai tahap operasi komersial atau commercial operation date (COD) pada pertengahan 2026.
Tidak Ikut Proyek Danantara dan Patriot Bonds
Direktur TOBA, Julie Oktarina menegaskan bahwa perusahaan belum berpartisipasi dalam proyek Danantara maupun pembelian Patriot Bonds.
“Untuk proyek Danantara, khususnya waste-to-energy, saat ini belum menjadi prioritas kami. Fokus kami adalah proyek-proyek yang sudah berjalan di regional,” ujar Julie pada kesempatan yang sama, Selasa (28/10/2025).
Ia juga memastikan bahwa Toba tidak ikut serta dalam Patriot Bonds. “Kalau pun kami ikut, tentu sudah kami sampaikan melalui keterbukaan informasi. Jadi tidak mungkin kami tutupi,” katanya.
Julie menjelaskan, untuk saat ini Toba lebih memprioritaskan penguatan posisi di pasar Asia Tenggara. “Kami sedang melihat beberapa aset di Malaysia, Thailand, dan Vietnam yang sudah lebih siap dan bisa langsung berkontribusi terhadap kinerja perusahaan,” ujarnya.
(dhf)

































